data manufaktur maupun jasa PMI negara-negara perekonomian maju yang mengalami kontraksi, turut memberikan tekanan bagi market
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan, melemah atau "memerah" dipicu sentimen negatif global.

IHSG Jumat sore ditutup melemah 97,49 poin atau 2,12 persen ke posisi 4.496,06. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 21,02 poin atau 3,07 persen menjadi 663,7.

"Selain pandemi COVID-19 dan adanya ketidakmanjuran remdisivir Gilead dalam penyembuhan penyakit tersebut, adapun hasil dari berbagai data manufaktur maupun jasa PMI negara-negara perekonomian maju yang mengalami kontraksi, turut memberikan tekanan bagi market," kata analis Binaartha Sekuritas, Mino di Jakarta, Jumat.

Dibuka melemah, IHSG tak mampu beranjak dari zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

Secara sektoral, sembilan sektor terkoreksi dimana sektor keuangan turun paling dalam yaitu minus 3,61 persen, diikuti sektor properti dan sektor industri dasar masing-masing minus 3,46 persen dan minus 2,83 persen. Sedangkan satu sektor naik yaitu sektor infrastruktur sebesar 0,28 persen.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp1,09 triliun.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 517.273 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 6,26 miliar lembar saham senilai Rp6,23 triliun. Sebanyak 111 saham naik, 276 saham menurun, dan 136 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 167,4 poin atau 0,86 persen ke 19.262 indeks Hang Seng melemah 146 poin atau 0,61 persen ke 23.831,3, dan indeks Straits Times melemah 22,26 poin atau 0,88 persen ke 2.520,11.

Baca juga: IHSG terkoreksi seiring pelemahan bursa kawasan
Baca juga: IHSG menghijau dipicu pulihnya harga minyak
Baca juga: IHSG lanjut menguat terbawa sentimen positif global

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020