Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 3.000 - 4.000 industri plastik yang bergerak di hulu hingga hilir kekurangan sekitar 500 ribu ton biji plastik, kata Direktur Pengembangan Pelatihan dari Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (AIOAPI) Yoesoef Santo.

"Industri plastik di Indonesia kekurangan sekitar 500 ribu ton biji plastik, karena dalam negeri tidak mampu memenuhi," kata Yoesoef di Jakarta, Selasa.

Menurut pengusaha plastik ini, kurangnya bahan baku produk plastik itu menyebabkan industri plastik di Indonesia masih mengimpor, meskipun upaya untuk mendaur ulang limbah plastik sudah dilakukan oleh industri hulu yang sebagian besar berada di Kawasan Merak, Banten.

"Sejak krisis ekonomi terjadi, industri plastik juga kesulitan memenuhi bahan bakunya, namun dari segi produksi tidak terlalu banyak berpengaruh, karena tetap beroperasi," katanya.

Mengenai jumlah industri plastik yang ada di hulu yang lebih banyak mendaur ulang sampah plastik, ia mengatakan sekitar 100 perusahaan, sementara industri plastik yang di hilir yang murni memproduksi aneka produk plastik tercatat sekitar 4.000 perusahaan.

Adanya penggalakan kampanye mengurangi penggunaan plastik, dia mengaku tidak terlalu banyak mempengaruhi jumlah produksi plastik yang rata-rata mencapai 2.400 ton per tahun.

"Kalaupun ada penurunan produksi hanya berkisar dibawah 10 persen saja dari kondisi normal," ujarnya.

Dia mengatakan, untuk pengolahan limbah plastik biasanya industri plastik bekerjasama dengan pengolah limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dengan demikian, lanjutnya, pelibatan pihak yang berkecimpung di TPA ini turut membantu menciptakan lapangan kerja yang menyerap jutaan tenaga kerja.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009