Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan pluralisme agama bagi 2.000 kelompok agama berasal dari tradisi agama-agama besar dunia, untuk bersaing sehat dalam memberikan pengaruh moral pada masyarakat.

"Pluralism agama di negara adi kuasa ini, masih mengacu pada pola lama tentang perbedaan agama dan melalui `public presence` diharapkan ada peran dan pengaruhnya pada masyarakat, karena agama di AS memang bersifat kompleks dan plural," kata Suratno, Ketua Departemen Falsafah dan Agama, Universitas Paramadina, dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikannya berasal dari hasil yang bisa diambil ketika mengikuti Program SUSI 2009 on Religious Pluralism.

Program itu dimulai sejak tahun 2003, satu program rutin tiap summer (musim panas) pada Juni-Agustus, yang disponsori oleh US Department State?s Bureau of Educational & Cultural Affairs.

Menurut dia, Program SUSI 2009 tersebut, dilaksanakan hanya untuk melihat dan menganalisis situasi tersebut dengan berfokus pada tema `pluralism and public presence`.

Sebagai tuan rumah penyelenggara program itu adalah Departemen Studi Agama, Universitas California at Santa Barbara, AS.

Ia menyebutkan, 2.000 kelompok keagamaan yang berasal dari tradisi agama-agama besar dunia, di AS justru merupakan beberapa gerakan spiritual dan agama yang bersifat lokal.

"Terlepas dari mana mereka berasal, semua kelompok keagamaan tersebut dituntut untuk beradaptasi dengan kondisi dan tatanan plural tersebut," katanya.

Dalam konteks pluralisme agama, Pemerintah AS menjadikan agama sebagai sebuah disiplin ilmu.

"Studi agama di AS memang merupakan hal baru, tetapi mulai menonjol sejak tahun 1960-an ketika studi ini memisahkan diri dari teologi dan membentuk metode penyelidikan deskriptif dan analisis terhadap agama," katanya.

Sementara dalam SUSI 2009 on Religious Pluralism, para peserta diajak untuk menganalisis wacana-wacana keagamaan dalam konteks sosial dan politik tanpa adanya normative judgment. Metodenya melalui kuliah/ceramah, diskusi, presentasi, dialog dengan komunitas keagamaan setempat, menonton film, dan lainnya.

Topik-topik khusus yang dibahas antara lain tentang sejarah agama dan agama-agama di AS, sumber-sumbernya dan pengaruh budayanya. Demografi dan sosiologi agama di AS, masalah gender, ras dan etnik, agama dan politik lokal, serta Los Angeles.

Untuk studi kasus pluralism etnik dan agama, dibahas pula tetang inisiatif berbasis agama, yakni upaya merubah wajah publik agama, agama, jurnalis dan media, kemudian agama dan film, serta pengembangan kurikulum pendidikan agama.

Selain di Santa Barbara, para peserta program ini juga mengikuti `study visit` ke beberapa tempat yakni Los Angeles (California), Salt Lake City (Utah), Atlanta (Georgia), dan Washington, DC. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009