Jakarta (ANTARA News) - Pakar komunikasi politik Effendi Gazali mengharapkan Partai Golkar tidak tergoda dengan kursi menteri dan sebaiknya memposisikan diri sebagai oposisi.

"Saya melihat hanya itu yang bisa membangkitkan Golkar. Jangan lagi tergoda dengan kursi menteri karena tidak akan bermanfaat baik bagi Partai Golkar maupun bagi kepentingan demokrasi," katanya di Jakarta, Senin.

Ia melihat Partai Golkar sebagai salah satu kekuatan yang bisa menjaga "check and balances" dalam sistem penyelenggaraan negara sehingga elite Partai Golkar mesti membuang sikap tidak berpendirian.

"Buanglah jauh-jauh sikap yang tidak berpendirian. Pak Jusuf Kalla (JK) sendiri sudah memulainya, dengan mencalonkan diri sebagai presiden. Sikap Pak JK ini amat dikagumi," katanya.

Effendi menilai Partai Golkar perlua melakukan dua langkah agar tetap menjadi partai besar, yaitu menampilkan anak-anak muda dan menempatkan diri sebagai oposisi.

"Bagi yang sudah old track (kalangan tua) kalau di tim sepakbola cukup menjadi Indonesia All Star, atau sebagai penasehat saja. Serahkan politik pada anak-anak muda, dan biarkan mereka jadi oposisi," katanya.

Effendi juga mengaku tidak habis pikir dengan sikap Susilo Bambang Yudhoyono yang dilihatnya masih berkeinginan mengajak berkoalisi partai-partai lain seperti Golkar.

"Saya masih tidak mengerti kenapa SBY yang katanya menang lanslide, tapi masih ingin mengajak Golkar berkoalisi," katanya heran.

Ia mengingatkan, jika ingin demokrasi di Tanah Air berjalan dan memandang pentingnya kontrol terhadap jalannya pemerintahan, jangan ajak lagi Golkar untuk berkoalisi.

"Sudahlah, biarkan Golkar bersama PDIP, Gerindra, dan Hanura menjadi oposisi. Itu merupakan jalan yang sangat baik," katanya.

Jika Golkar masih saja diajak berkoalisi, Effendi memandang Yudhoyono ragu dengan kemenangannya.

"Sudahlah kalau mau demokrasi dan check and balances berjalan, biarkan partai lain jadi oposisi. Apalagi dengan posisi Partai Demokrat dan koalisinya yang sudah kuat di parlemen," katanya.

Koalisi pimpinan Partai Demokrat menguasai 314 kursi, terdiri daru 160 kursi Demokrat, PKS 57, PAN 43, PPP 37, dan PKB 27, sedangkan parpol non koalisi Demokrat menguasai 246 kursi, terdiri dari Partai Golkar 107 kursi, PDI-P 95 kursi, Hanura 18 kursi, dan Gerindra 26 kursi. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009