Teheran (ANTARA News/AFP) - Dua wartawan foto Iran yang dipenjara dituduh memiliki hubungan dengan sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintah dengan mengirim gambar-gambar protes di Teheran kepada media asing, demikian dilaporkan Kantor Berita IRNA, Rabu.

"Sebuah jaringan kerja yang mengambil dan mengirim gambar-gambar yang terkait dengan sayap media sebuah gerakan penggulingan telah diidentifikasi," kata IRNA tanpa menyebutkan sumbernya.

"Dua diantara para tahanan, Majid S. dan Satyar E., mengaku memiliki hubungan dengan gerakan ini," kata kantor berita tersebut. "Orang-orang ini ditangkap setelah mengirim gambar-gambar kerusuhan Teheran kepada media asing."

Majid Saeedi, seorang wartawan foto lepas yang bekerja untuk Getty Images, dan wartawan foto lokal Satyar Emami ditangkap sebelumnya bulan ini di tengah penumpasan protes yang menentang pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad sebagai presiden Iran.

Sejak pergolakan meletus, pasukan keamanan Iran menindak keras demonstran, dan ratusan pemrotes serta reformis kenamaan, wartawan dan analis ditangkap.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengecam propaganda yang dilakukan media asing mengenai pergolakan kekuasaan di jajaran tinggi kepemimpinan Iran.

"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkan bahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahan merupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kata Rafsanjani.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menghadapi krisis terbesar Iran sejak revolusi Islam 1979 setelah protes luas yag terjadi setelah pemilihan kembali Mahmoud Ahmadinejad pada 12 Juni menewaskan sedikitnya 20 orang.

Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilih itu sah, meski dipersoalkan banyak pihak.

Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.

Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembaga siaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwa mereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritas nasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009