Ambon (ANTARA News) - Rombongan peserta Sail Indonesia 2009 disambut "cakalele" (tarian perang) oleh masyarakat adat Desa Alang, Kecamatan Leihitu Barat, Pulau Ambon (Maluku Tengah) saat mereka mengunjungi  "Baileo" (balai pertemuan) saniri negeri setempat.

"Tarian ini sering digunakan masyarakat pada acara adat tertentu, termasuk menyambut kehadiran tamu-tamu asing dan pejabat daerah yang melakukan kunjungan resmi," kata Kepala Desa setempat, Ishak Patty di Alang, Kamis.

Para pendukung tari terdiri dari 15 orang pria dan wanita dipimpin seorang kapitan (panglima perang) menggunakan tombak, parang dan salawaku (perisai) menari-nari sambil diiringi tabuhan tifa dan totobuang.

Memasuki Baileo desa, para turis mancanegara yang didampingi pemandu wisata Stevy Latuihamallo dari Biro Perjalanan Wisata Likes ini disambut Kepala Soa (marga) Ongen Pelasula dan tujuh Soa lainnya seperti Huwae, Siwalete, Sipahelut, Ralahalu dan Sohilait .

"Baileo atau balai pertemuan saniri negeri desa Alang memiliki delapan pilar penyangga yang menggambarkan delapan soa (marga) yang ada di desa ini dan sudah berdiri sejak tahun 1500-an," kata Pelasula.

Atapnya terbuat dari daun sagu dan bangunannya belum pernah dicat dan tampak sesuai aslinya sampai saat ini.

Rombongan Sail Indonesia kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Wakasihu, kecamatan Leihitu Barat untuk melihat sejumlah benda antik dan rumah Raja (Kepala Desa).

Para turis yang berasal dari berbagai negara diantaranya Amerika Serikat, Selandia Baru dan Australia serta Eropa ini merasa kagum dengan Kepala Desa Wakasihu yang ternyata seorang wanita.

"Kami tidak pernah melakukan pemilihan kepala desa (raja) setiap lima tahun, tapi sistemnya bersifat turun-temurun," kata Raja Wakasihu, Ny Ade Polanunu.

Usai mengunjungi desa Wakasihu, rombongan kembali ke obyek wisata pantai Pasir Putih Desa Alang untuk "makan patita" (makan secara bersama) sambil menikmati keindahan panorama alam dan wisata pantai yang baru dikembangkan itu.

Para peserta Sail Indonesia 2009 yang menggunakan 134 kapal layar itu memulai start dari Darwin Australia Utara, 18 Juli lalu dengan titik singgah pertama di Kota Saumlaki, ibukota kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) ke Tual, Kabupaten Maluku Tenggara dan selanjutnya ke Kota Ambon.

Selama empat hari berada di Ambon, para wisatawan itu mengunjungi sejumlah objek wisata pantai di Kota dan Pulau Ambon, menikmati aneka atraksi seni dan budaya serta mengunjungi makam tentara persemakmuran (gull force) di Tantui, mengunjungi obyek wisata sejarah diantaranya Gereja dan Masjid Tua dan benteng Amsterdam di Desa Hilla serta mengunjungi museum Siwalima.

Para peserta akan meninggalkan Kota Ambon pada Jumat (7/8), untuk mengikuti Sail Bunaken 2009 dan finish di Menado, Sulawesi Utara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009