Jenewa (ANTARA News/AFP) - China mengatakan Senin bahwa negara itu telah membebaskan lebih dari 1.200 tahanan yang ditangkap dalam kerusuhan di Tibet tahun lalu sementara lebih dari 700 orang masih ditahan karena kerusuhan bulan lalu di Xinjiang.

"Setelah ke 1.231 tersangka dihukum, mengajukan pernyataan penyesalan dan dididik oleh pihak berwenang pengadilan di Tibet, mereka dibebaskan," Beijing mengatakan dalam satu jawaban tertulis pada satu pemeriksaan PBB di Jenewa terhadap catatan China mengenai penghapusan diskriminasi rasial.

Sebanyak 77 tahanan yang lain dituduh melakukan kejahatan serius seperti pembongkaran dan pencurian, pembakaran dan gangguan pada pengadilan, sementara tujuh orang lainnya dituduh melakukan kegiatan mata-mata.

Duan-Jielong, yang memimpin delagasi China beranggotakan 30 orang pada dengar pendapat PBB itu, mengkonfirmasi laporan media China bahwa polisi masih menahan 718 tersangka berkaitan dengan kekerasan bulan lalu di wilayah Xinjiang di China baratlaut.

Duan mengatakan pada Komisi PBB mengenai Penghapusan Diskriminasi Rasial bahwa ada "bukti tindak kriminal" pada semua tersangka, sementara yang lain yang "melakukan pelanggaran kecil telah dihadapi dengan lemah lembut dan dibebaskan".

Sebanyak 83 orang yang lain menghadapi tuduhan kejahatan serius, seperti pembunuhan, pembakaran dan perampokan.

Pada awal Juli, kekerasan etnik di Xinjiang telah menyebabkan 197 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah orang China Han yang dibunuh oleh massa minoritas Uighur China yang sedang marah.

Dari mereka yang tewas, 156 "orang tidak bersalah", kata Duan. "Mereka itu mencakup 134 yang asli etnik Han, 11 dari minoritas Hui, 10 Uihur dan satu Manchuria.

Orang-orang yang lain adalah "para perusuh yang tewas ketika melakukan kejahatan "atau orang-orang yang identitasnya belum diidentifikasi".

China mengatakan pada hari pertama dengar pendapat Jumat bahwa kerusuhan tahun lalu di Tibet dan kekerasan Juli di Xinjiang dihasut oleh separatis di luar negeri.

"Fakta itu sepenuhnya menunjukkan bahwa kedua insiden tersebut telah direncanakan oleh separatis di luar negeri dan dilakukan oleh separatis di China," Duan mengatakan ketika itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009