Brisbane (ANTARA News) - Staf Konsulat RI Darwin, Yulius Gah, gagal mengantar Nelayan asal Kupang, Ata Hamid, yang dideportasi Imigrasi Australia ke Indonesia melalui Denpasar, Senin malam (10/8) setelah pilot Jetstar mengeluarkan mereka dari atas pesawat.

Yulius Gah dan Ata Hamid dikeluarkan dari pesawat beberapa saat sebelum pesawat meninggalkan Darwin.

Menurut kronologis kejadian yang dibuat Yulius Gah dan diterima ANTARA dari Konsulat RI Darwin, Selasa, "pengusiran" Yulius dan nelayan asal Kupang berusia 16 tahun dari pesawat Jetstar bernomor penerbangan JQ 0081 dengan rute penerbangan Darwin-Denpasar itu dipicu oleh masalah tempat duduk.

"Berdasarkan `boarding pass` yang saya dan Ata terima dari Derek Marshall, pegawai Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan (DIAC) Darwin, nomor kursi saya adalah 28 A sedangkan Ata 28 B," katanya.

Sekitar pukul 19:12 waktu Darwin (Senin malam), Marshall mendekati petugas Jetstar agar mendahulukan dirinya dan Ata memasuki pesawat.

"Saat itu `boarding pass (tiket masuk) kami dipegang staf lapangan (ground staff) Jetstar," kata Yulius.

Tiga menit kemudian, Yulius dan Ata dibolehkan masuk ke pesawat tapi staf lapangan Jetstar itu justru meminta mereka duduk di kursi 36 A dan 36 B yang berbeda dengan nomor kursi dalam "boarding pass".

"Kami mengikuti saja instruksinya (staf lapangan Jetstar-red.). Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya saat ditugasi mendampingi nelayan (yang dideportasi-red.), saya pun mempersilahkan Ata duduk di kursi dekat jendela (36 A) sedangkan saya duduk di kursi bagian pinggir," kata Yulius.

Pada penerbangan Jetstar Senin malam itu, pesawat "tidak penuh", katanya.

Setelah beberapa menit duduk, seorang pramugari mendekatinya dan memintanya pindah ke kursi 36 A yang ditempati Ata dengan alasan bahwa 36 A adalah nomor tempat duduk yang diberikan petugas kepadanya.

"Saya mencoba menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman berulang kali ditugaskan mendampingi seseorang, saya harus duduk di kursi pinggir supaya saya bisa mengawasinya dengan mudah," kata Yulius.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009