Ambon (ANTARA News) - Perusahaan minyak nasional PT Syabas Energy mengucurkan dana Rp10 triliun untuk memulai kegiatan eksploitasi minyak dan gas alam blok Marsela di perbatasan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD).

"Dana ini dikucurkan untuk membantu PT Maluku Energi sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) yang akan mengikuti kegiatan eksploitasi migas di blok Marsela," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Maluku Bram Tomasoa di Ambon, Rabu.

Dana tersebut, menurut Tomasoa, sebagai kompensasi saham BUMD yang akan menjadi mitra perusahaan Jepang "Impacs" yang akan menangani eksploitasi dan produksi migas di kawasan itu sebesar 10 persen dari total investasinya.

PT Maluku Energi sebagai BUMD yang baru, tidak memiliki modal sehingga harus bekerja sama dengan grup Syabas Energy yang telah membentuk PT Marsela Energy untuk bersama-sama menangani kegiatan eksploitasi tersebut.

Kerja sama ditandatangani Rabu malam oleh pimpinan BUMD Maluku Energy dan Presiden Direktur PT Syabas Energy Syarief Bustaman dengan disaksikan Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersama pimpinan dan anggota DPRD setempat.

Tomasoa mengatakan kandungan migas yang ada di blok Marsela berdasarkan hasil penelitian dan eksplorasi yang dilakukan Impacs, Jepang sejak 1998 hingga 2008, mencapai 12 triliun cubic feet (TCF). Perusahaan ini akan menangani eksploitasi dan produksi migas blok Marsela selama 30 tahun hingga 2028 mendatang.

Gubernur Ralahalu secara terpisah mengatakan BUMD yang baru dibentuk itu harus bermitra dengan pihak ketiga karena tidak memiliki dana sebesar Rp10 triliun yang akan dijadikan modal investasi pengelolaan mega proyek migas itu, apalagi sesuai ketentuan dana itu pun tidak boleh dikeluarkan dari APBN maupun APBD.

"Modal tidak bisa diambil dari APBN maupun APBD sehingga perlu kerja sama dengan pihak ketiga yakni anak perusahaan grup Syabas Energy," ujar Ralahalu.

Dia optimistis kegiatan ekploitasi mega proyek itu akan memberikan kontribusi positif bagi daerah karena selain terbuka kesempatan kerja yang besar, juga berdampak pada perbaikan ekonomi masyarakat di daerah ini.

Presiden Direktur PT Syabas Energy Syarif Bustaman mengatakan PT Maluku Energy memperoleh porsi terbesar yakni 51 persen dati total saham 10 persen sebagai penyertaan modal dalam pengelolaan migas di blok Marsela bersama dengan perusahaan Jepang itu, sedangkan perusahaannya PT Marsela Energy hanya kebagian 41 persen.

Bustaman menambahkan pembangunan proyek ini akan dimulai 2010 dan kegiatan produksinya baru akan berlangsung 2016.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009