Teheran (ANTARA News/AFP) - Parlemen Iran akan memberikan suara untuk kabinet baru Presiden Mahmoud Ahmadinejad pada tiga hari dimulai pada 30 Agustus, kata penyiaran negara pada Minggu.

"Parlemen akan menguji kecakapan menteri usulan itu sejak Minggu depan hingga Selasa (30 Agustus-1 September)," kata penyiaran negara tersebut.

Ahmadinejad pada Rabu mengumumkan kabinet 21-anggotanya, yang mencakup 11 muka baru tanpa pengalaman kementerian, di tiga antara mereka wanita, yang untuk pertama kalinya di republik Islam itu.

Duga-duga mencuat tentang majelis dikuasai konservatif itu akan menolak beberapa pilihannya, seperti, calonnya untuk kementerian utama minyak, karena kekurangan kepercayaan dan pengalaman memadai di bidang tersebut.

Ahmadinejad dijadwalkan membentuk pemerintah baru di bawah bayangan lawan kalah, yang masih menolak mengakui kepresidenannya, sementara sejumlah pengecam dan pendukung lawan masih ditahan lebih dari dua bulan sesudah keterpilihan-kembalinya, di antara tuduhan bahwa mereka akan menggulingkan penguasa tersebut.

Lawan menyatakan kemenangan pegaris keras dalam pemilihan umum 12 Juni itu akibat kecurangan suara sangat besar.

Tuduhan itu memicu unjuk rasa besar di kota Iran, yang menjadi kerusuhan dan menewaskan sekitar 30 orang, meskipun lawan menyatakan jumlah korban tewas akibat unjuk rasa tersebut mungkin lebih besar.

Ulama Iran menolak keputusan Ahmadinejad memasukkan tiga wanita dalam jajaran kabinet barunya, kata laporan harian konservatif "Tehran Emrouz" pada Sabtu.

Ahmadinejad memasukkan Sousan Keshvaraz, Marzieh Vahid Dastjerdi dan Fatemeh Ajorlou sebagai menteri di bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan serta jaringan pengaman sosial dalam kabinetnya.

"Sekalipun ini prakarsa baru, untuk memilih wanita sebagai menteri, ada keraguan keagamaan atas kemampuan wanita ketika dikaitkan dengan tata kelola. Itu seharusnya dipertimbangkan pemerintah," kata Mohammad Taghi Rahbar, pemimpin unsur ulama dalam 290 anggota konservatif, yang menguasai parlemen Iran.

Ia menyatakan semua unsur, yang belum resmi mengumumkan pandangannya, akan mencari masukan dari pemimpin tertinggi negeri itu, Ayatollah Ali Khamenei, mengenai masalah tersebut.

Rahbar menyatakan bahwa jika Khamenei "diam" atas masalah itu, maka parlemen "akan mencatat ulama dalam pemberian suara kepercayaan".

Rahbar menyatakan ulama ternama Iran, seperti, Ayatollah Nasser Makarem dan Ayatollah Lotfollah Safi Golpayghani, memiliki pandangan sama dan ingin Ahmadinejad mempertimbangkan kembali keputusannya.

Pencalonan tiga wanita dalam kabinet adalah yang pertama dalam 30 tahun sejarah Republik Islam itu, sekalipun pada 1997, presiden reformis Mohammad Khatami menunjuk dua wanita sebagai wakil presiden.

Saat mempertahankan keputusannya dalam tayangan televisi pada Kamis, Ahmadinejad mengatakan, "Tiga wanita itu dipilih setelah melalui pertimbangan. Saya menentang sikap meremehkan wanita."

"Tehran Emrouz" menyatakan Ayatollah Yousef Tabatabai, pemimpin shalat Jumat di kota Isfahan, juga menentang keputusan itu.

Argentina pada Jumat menyatakan kemarahannya atas penunjukan pemerintahan Iran bahwa seorang pria, yang dicari sehubungan dengan pemboman Buenos Aires 1994, yang menewaskan 85 orang, sebagai menteri pertahanan mendatang.

Upaya Ahmadinejad menunjuk Ahmad Vahidi pada jabatan tersebut adalah penghinaan bagi keadilan Argentina dan korban serangan teroris terhadap pusat masyarakat Yahudi, kata pernyataan Departemen Luar Negeri Argentina.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009