Jakarta (ANTARA News) - Tingkat inflasi 2010, karena berbagai faktor diperkirakan akan lebih tinggi dari realisasi inflasi selama 2009, demikian dokomen paparan kerangka ekonomi makro dan asumsi makro RAPBN 2010.

Menurut dokumen itu yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan, paling tidak ada tiga faktor mengapa tingkat inflasi 2010 lebih tinggi dari 2009.

Tiga alasan itu adalah karena pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia yang meningkat pada 2010, risiko volatilitas pasar modal global, dan kecenderungan kenaikan harga minyak dan harga-harga komoditas dunia.

APBNP 2009 menetapkan target tingkat inflasi sebesar 4,5 persen sementara dalam RAPBN 2010 diusulkan angka 5,0 persen.

Sebelumnya Menkeu menyatakan, meskipun ada kecenderungan inflasi naik pada 2010, namun hal itu tidak mengubah angka perkiraan untuk RAPBN 2010 sebesar 5,0 persen.

"Tahun depan inflasi diperkirakan sudah lebih tinggi dari tahun 2009 ini, tetapi diperkirakan tidak lebih dari 5,0 persen," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati.

Sementara itu mengenai inflasi saat puasa dan menjelang lebaran, Menkeu yang juga Plt Menko Perekonomian mengatakan, jumlah stok maupun distribusi berbagai kebutuhan terutama kebutuhan pokok, akan dijaga agar harganya stabil.

Beberapa komoditas seperti gula yang struktur harganya terpengaruh oleh struktur harga internasional juga akan diupayakan cara untuk menetralisirnya.

"Nanti kita lihat policy option-nya, atau opsi-opsi kebijakan yang bisa dilakukan terutama pada jangka pendek saat ini," kata Menkeu.

Pemerintah akan melakukan pengecekan harga berbagai kebutuhan pokok termasuk gula di lapangan pada H-14 dan pada H-10 akan digelar rapat khusus di Dephub.

Pemerintah menilai tekanan harga menjelang lebaran merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari karena memang masyarakat melakukan perubahan pola konsumsi secara musiman.

"Tapi kalau jumlah barang dan distribusi dijaga, maka tekanan itu tidak akan menjadi berlebihan," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009