Washington (ANTARA News/AFP) - Dukungan di Amerika Serikat untuk perang di Afganistan mencapai dasar baru, kata jajak pendapat disiarkan pada Selasa.

Jajak pendapat Penelitian Pendapat CNN menunjukkan tingkat tentangan pada kemelut delapan tahun itu, dengan 58 persen petanggap mengatakan menentang perang itu, sementara 39 persen mendukung.

Jajak pendapat itu melibatkan 1.012 orang Amerika Serikat pada 11-13 September dan memunyai tingkat kesalahan tiga persen.

Jajak pendapat sebelumnya CNN, yang disiarkan pada dua pekan lalu menunjukkan 57 persen dari orang Amerika Serikat menentang perang di Afganistan.

Pada Juli, 54 persen dari yang ditanya mengatakan menentang perang itu, sudah dengan tajam naik dari 46 persen pada April.

Pada dua tahun lalu, warga Amerika Serikat lebih merata terbagi mengenai perang itu, dengan 50 persen mendukung dan 48 persen menentang, kata jajak pendapat jaringan berita CNN.

Amerika Serikat kemungkinan perlu menyebarkan lebih banyak tentara di Afganistan, kendati akan menggandakan jumlah kekuatannya di sana pada tahun ini, kata perwira tinggi tentara Amerika Serikat pada Selasa.

"Kekuatan semestinya untuk melawan pemberontakan mungkin berarti tambahan tentara," kata Laksamana Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan, kepada Panitia Tugas Bersenjata Senat Amerika Serikat.

Ia tidak mengatakan jumlah tentara diperlukan.

Amerika Serikat saat ini menempatkan 62.000 tentara di Afganistan dan diperkirakan bertambah menjadi 68.000 pada ahir 2009.

Terdapat sekitar 32.000 tentara Amerika Serikat di negara terkoyak perang itu pada awal tahun ini.

Terdapat sekitar 100.000 prajurit asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afganistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.

Amerika Serikat memunyai siasat baru perang Afganistan, yang akan "mengubah arah", melawan Taliban, tapi memerlukan lebih banyak tentara untuk bergabung dalam kemelut delapan tahun itu, kata senator Amerika Serikat pada Selasa.

Senator mandiri Joseph Lieberman menyatakan memperkirakan panglima tertinggi Amerika Serikat di Afganistan, Jenderal Stanley McChrystal, minta Presiden Barack Obama meningkatkan jumlah tentara Amerika Serikat, yang melancarkan upaya itu, yang semakin tak disukai.

Jajak pendapat di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa sebagian besar menganggap perang itu tak bernilai, sementara beberapa sekutu Obama dari Demokrat sudah meletakkan patok banding untuk keberhasilan atau bahkan jadwal penarikan.

Sejumlah 820 tentara Amerika Serikat tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinannya pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban.

Tahun ini menelan korban terbanyak selama delapan tahun perang di Afganistan, saat tentara tambahan dikirimkan ke wilayah panas Taliban di selatan dan timur.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009