Jakarta (ANTARA News) - Ribuan jamaah yang melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Al-Hikmah (masjid Indonesia), Den Haag, Belanda, tidak hanya datang dari dalam kota administratif ini, tetapi juga dari luar Den Haag.

Mereka datang dari kota seperti Groningen, Maastricht, Leiden, Wageningen, Nijmengen, Rotterdam, dan berbagai kota lainnya di negeri kincir angin ini. Saking membludaknya jamaah, kapasitas ruang mesjid tersebut, tak mampu lagi membendung jumlah umat muslim yang akan menunaikan shalat Id.

Terpaksa, panitia Idul Fitri Masjid Al Hikmah, membagi dua gelombang pelaksanaan sholat Id. Meski mesjid ini merupakan mesjid Indonesia, tetapi jamaahnya banyak juga berasal dari orang Belanda muslim, Turki, Maroko bahkan Somalia.

Yang membahagiakan bagi umat muslim pada 1 Syawal 1430 Hijriyah ini, mereka seolah-olah diberikan hadiah spesial dari pemerintah setempat, yakni dibebaskannya biaya transportasi.

Praktis, kebijakan ini dimanfaatkan dengan baik, khususnya masyarakat Indonesia untuk saling bersilaturrahmi. Mereka bisa bersilaturrahmi ke mana-mana tanpa perlu mengeluarkan biaya yang cukup banyak.

"Asyik, jadi kita bisa ke mana-mana dong, mumpung lagi gratis," kata salah seorang warga Indonensia, Nindi ketika seorang sopir bis memberitahukannya bahwa dia tidak perlu membayar.

"Ini merupakan hadiah dan tanda persahabatan buat umat muslim dari Pemerintah Belanda," jelas seorang warga Belanda, Alfred seraya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada masyarakat Indonesia yang hendak menuju Duta Wisma Indonesia guna menghadiri halal bihalal (open house).

Kebijakan ini, tidak hanya dinikmati oleh masyarakat muslim tetapi juga warga Belanda lainnya. Di hari yang special ini, dimana bertepatan dengan hari kemenangan umat muslim, memberikan keuntungan yang banyak, baik muslim maupun non muslim.

Kebijakan ini, berlaku setiap tahun dimana masyarakat dianjurkan untuk tidak mengendarai mobil pribadi (auto free dag). Tujuannya untuk mengurangi tingkat polusi dan kepeduliaan terhadap lingkungan. Itulah sebabnya, pemerintah memberlakukan bebas biaya transportasi.

Kendati demikian, namun tidak banyak yang masih menggunakan kendaraan pribadi mereka. "Kami harus memakai mobil pribadi karena letak rumah keluarga sangat jauh, apalagi saya memiliki dua orang anak, dan itu merepotkan bila menggunakan kendaraan umum," ujar warga Indonesia, Sunarti yang sudah berpuluh tahun menetap di negeri kincir angin ini.

Open House
Usai shalat Idul Fitri, ribuan warga Indonesia berbondong-bondong mendatangi Duta Wisma Indonesia. Duta Besar Republik Indonesia, Fanny Habibie menyambut dan menyalami satu persatu warganya. Berbagai macam jenis makanan tersedia di tempat tersebut, terasa seperti di Indonesia, karena selain masakan Indonesia, terdengar pula alunan musik syahdu yang semakin menyemarakkan Idul Fitri.

Open house ini, turut pula diramaikan masyarakat Indonesia non-muslim, mengucapkan selamat Idul Fitri dan saling bermaafan satu dengan lainnya.

"Ini adalah rumah bagi tiap-tiap warga Indonesia, tanpa memandang suku, golongan maupun agama," ujar Fanny Habibie dan menambahkan bahwa kegiatan open house ini, tidak hanya dilaksanakan pada Hari Raya Idul Fitri saja, tetapi juga Hari Natal.

Siapa saja, boleh datang ke tempat ini, dan memberikan ucapan selamat. Fanny melihat bahwa perkembangan dan sifat kebersamaan seta kekeluargaan di antara warga Indonesia semakin terasa. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya tingkat kunjungan warga yang menghadiri kegiatan open house ini.

Saat pertama kali menjabat sebagai Duta Besar kata Fanny, masyarakat yang berkunjung hanya sekitar 1000 orang, dan tahun-tahun berikutnya mencapai sekitar 1.500 dan tahun ini, diprediksi mencapai hamoir 2.000 orang.

"Indonesia dibangun atas lima pilar yang tidak memandang perbedaan agama, warna kulit maupun ras karena mereka semua memiliki hak yang sama. Lima pilar itu adalah Pancasila, sebab itu, siapapun dia, meski berbeda agama, turut merayakan kegembiraan ini," ujar Fanny.

Dirinya merasa berterima kasih dan respek terhadap masyarakat non muslim yang telah bersedia membantu demi terlaksananya kegiatan open house Idul Fitri ini.

Selama Ramadhan katanya, masyarakat sekitar begitu menghormati dan menghargai umat muslim yang sedang berpuasa. Tidak sedikit di antara mereka yang mengetahui kehadiran bulan pembawa berkah ini. "Saya tahu kalau kalian sedang berpusa karena memasuki bulan Ramdhan dan sesaat lagi akan merayakan lebaran. Di negara kami, banyak umat muslim sehingga saya cukup paham tantang hal ini," kata Fredetique, warga Perancis yang sedang melanjutkan studinya di Belanda. (*)

Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009