Garut (ANTARA) - Proses belajar mengajar siswa  korban gempa bumi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hingga kini masih banyak dilakukan di tenda-tenda Darurat.

"Meski terdapat bantuan tenda putih dari UNICEF maupun Satkorlak, namun belum seluruhnya mencukupi sehingga terpaksa memanfaatkan terpal plastik biru, seperti pada 22 sekolah di Kecamatan Cikelet, banyak memanfaatkan tenda-tenda darurat tersebut," ungkap camat setempat Ripan Mulyadi, Minggu.

"Masalahnya, memasuki musim penghujan selain ruang belajar menjadi becek tergenang air, juga banyak air menetes dari atap tenda yang sangat mengganggu proses KBM," katanya.

Ripan Mulyadi menjelaskan, sekurang-kurangnya 10 tenda putih dari UNICEF telah disebar ke sembilan desa termasuk  tenda peleton. Selebihnya memanfaatkan tenda darurat yang kini sudah tidak memadai.

Ia mengatakan jenis tenda lain yang diperlukan adalah tenda keluarga. "Di musim penghujan sangat tidak memadai jika tenda untuk keluarga menggunakan plastik terpal," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut H Komar M saat dihubungi secara terpisah mengemukakan, khusus Kecamatan Cikelet telah dipasok 15 tenda putih dari UNICEF serta 90-an tenda dari Satkorlak untuk melaksanakan proses KBM.

Prioritas pasokan tenda adalah di lokasi yang tak memiliki bangunan untuk alternatif tempat KBM.

Dikatakannya, total sarana pendidikan yang mengalami kerusakan akibat diterjang gempa adalah 210 sekolah rusak berat dan 365 rusak sedang yang menelan kerugian sekurang-kurangnya Rp95.000.040.000.

Selain itu, terdapat 33 unit madrasah rusak berat dan 64 unit rusak sedang, serta 23 unit pondok pesantren (Ponpes) rusak sedang, juga 339 unit masjid rusak berat dan 714 unit rusak sedang. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009