Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengirimkan tiga tim spesifikasi (khusus) krisis untuk mengatasi insiden penembakan dan pengamanan di pegunungan Jayawijaya dan Timiki, Provinsi Papua.

"Polri sudah mengirim tiga tim yang memiliki spesifikasi krisis di Timika, Papua," kata Kepala Polri, Jenderal Pol. Bambang Hendarso Danuri di Jakarta Selatan, Jumat.

Ia mengatakan, pengiriman pasukan khusus tersebut tentunya harus ada target agar kejadian penembakan dan aksi lainnya tidak terus terjadi.

"Pengiriman pasukan tersebut harus ada keberhasilan," ujarnya.

Kapolri membantah Polri tidak melakukan tindakan bersamaTNI guna mengantisipasi dan menangani kasus di Papua, karena sejak awal insiden sudah ada tim gabungan dalam operasi satuan tugas Amole pimpinan Kapolda Papua.

Polri dan TNI melakukan langkah pencegahan dan penindakan, namun insiden penembakan masih terjadi sehingga kepolisian menambah pasukan untuk memperkuat pengamanan di Papua.

Pejabat nomor satu di Markas Besar Polri tersebut, mengungkapkan anggota polisi menghadapi kesulitan untuk melakukan operasi pengamanan di Papua karena medan dan lokasinya, namun mempelajari pola yang selama ini dijalankan maka harus ada target.

Disinggung latar belakang peristiwa di Papua karena kriminal murni atau politis, ia menjelaskan, pihaknya tetap melihat ada pelaku bersenjata yang dijadikan target untuk segera bisa diungkap dan ditindak tegas.

Menurut dia, pihaknya meningkatkan pengawasan dan pengamanan di wilayah penggunungan Jayawijaya dan Timika, sedangkan insiden di Tinggi Nambut sudah berkurang, namun tetap menjadi perhatian Polri.

"Hasil evaluasi menunjukkan dua wilayah, yakni Timika dan pegunungan Jayawijaya tetap menjadi pusat perhatian Polri," ujarnya.

Sebelumnya, dua orang terluka akibat penembakan di Mil 42, area PT Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika, Papua, Selasa (20/10) sekitar pukul 09:30 WIT.

Kedua korban yang kini dirawat di RS Kuala Kencana, Mimika itu adalah Rudi Palanding yang mengalami luka pada jari tangan dan Kristian mengalami luka pada tangan kanan dan pinggul kanan.

Insiden itu bermula ketika lima bus yang mengangkut karyawan yang akan bekerja di area tambang emas terbesar itu melintas berangkat dari Mil 34 ke Mil 50.

Pada Mil 42, konvoi bus diberondong dengan tembakan orang tidak dikenal dari arah atas perbukitan.

Akibatnya, bus nomor lambung 189 terkena sembilan tembakan yang salah satunya menyebabkan sopir bernama Rudi Palanding mengalami luka di jari tangan.

Bus nomor 203 juga menjadi sasaran tembakan sebanyak dua kali sehingga menyebabkan satu penumpang bernama Kristian terkena luka di siku kanan dan pinggul kanan.

Tembakan juga mengenai bus nomor 210 sebanyak dua kali dan bus 208 terkena satu tembakan dan bus nomor 187 satu tembakan namun tidak ada korban di tiga bus itu.

Sepanjang tahun 2009, beberapa kali terjadi penembakan di area pabrik tambang itu, hingga membuat aktivitas karyawan dari dan ke lokasi penambangan terganggu.

Polres Mimika telah menangkap tujuh tersangka dalam kasus penembakan namun hingga kini kasus penembakan masih terjadi.

Para tersangka yang tertangkap bukan pelaku utama melainkan hanya membantu para tersangka utama yang hingga kini masih buron.

Ketujuh orang itu adalah Apius Wanmang, Simon Beanal, Tomy Beanal, Dominikus Beanal, Eltinus Beanal, Anton Yawame, dan Hender Kiwak.

Mereka dituduh terlibat penembakan hingga menyebabkan tiga orang tewas yakni dua karyawan PT Freeport bernama Drew Nicholas Grant dan Markus Rante Allo dan seorang polisi bernama Bripda Marson Pettipelohi.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009