Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian (Deptan) siap menjajaki pengembangan tanaman "Tropical Sugar Beet" (TSB) pada 2010 sebagai bahan baku industri gula maupun bioethanol.

Dirjen Perkebunan Deptan Achmad Mangga Barani di Jakarta, Senin mengatakan, pada tahap awal akan dilakukan percobaan pada areal sekitar 50 hektare dengan menggandeng kalangan industri.

"Kita harapkan ini nantinya akan menjadi alternatif di wilayah non tebu," katanya usai menyaksikan presentasi potensi "Tropical Sugar Beet" oleh PT Syngenta.

Dirjen menyatakan, meskipun ini baru pada taraf percobaan, diharapkan skalanya sudah luas tak hanya 0,5-,08 hektare dan di tingkat laboratorium namun sudah meluas.

Menurut dia, percobaan pengembangan tanaman TSB yang cocok untuk daerah panas dan sedikit hujan tersebut bisa dilakukan di Nusa Tenggara Barat ataupun Nusa Tenggara Timur yang lahannya masih cukup luas.

Sementara itu National Product Manager PT Syngenta Indonesia Anang Dwi Susilo mengungkapkan seiring dengan meningkatnya permintaan bioethanol dan gula pada tahun-tahun mendatang maka TSB bisa menjadi alternatif bahan baku kedua komoditas tersebut.

Menurut dia, tanaman yang berbentuk umbi tersebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan tebu misalnya dalam produksi ethanol lebih tinggi.

Pada tanaman tebu hasil bioethanol yang didapatkan hanya 500-600 liter/tahun/ha sedangkan untuk TSB mencapai 1.200-1.500 liter.

Sebaliknya dalam menggunakan air ternyata tanaman TSB hanya 600-700 mm/ha sedangkan pada tebu mencapai 1.200-1.400 mm/ha/tahun sedangkan masa tanam tebu mencapai 13 bulan sementara TSB hanya 6 bulan.

Begitu juga untuk mempersiapkan lahan bagi penanaman perdana TSB hanya memerlukan waktu 6 bulan sedangkan tebu bisa mencapai 5 tahun.

Keunggulan lain yang dimiliki tanaman tersebut menurut Anang yakni bisa tumbuh di daerah yang memiliki kandungan garam tinggi maupun basah seperti kawasan dekat laut dan toleran pada tempat yang panas.

Tanaman tersebut, tambahnya, tak hanya bisa dikembangkan di daerah temperatur tinggi namun juga dapat dibudidayakan di wilayah yang bertemperatur rendah seperti pegunungan dan bisa digilir dengan komoditas lain seperti kentang ataupun sayuran.

"Karena toleran terhadap air maka tanaman ini bisa menghemat pemakaian air hingga mencapai 10 ribu meter kubik per hektar dari 10 ribu kiloliter per hektar," katanya.

Dia mengatakan, tanaman Tropical Sugar Beet sebagai bahan baku bioethanol dan industri gula sudah banyak dikembangkan di negara-negara lain seperti, India, China, Brasil, Australia, Meksiko, Kolombia dan AS.

Ketua Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Suyoto Hadisaputro menyatakan, dengan produksi 60-70 ton per hektare serta rendemen 8-10 persen serta mampu mengatasi hama dan penyakit maka secara ekonomi pengembangan TSB akan menjanjikan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009