Jakarta (ANTARA News) - Pakar matematika kombinatorika Edy Tri Baskoro, pakar nanoteknologi Nurul Taufiqu Rochman dan budayawan Ajip Rosidi menerima anugerah Habibie Award pada HUT The Habibie Center ke-10 di Jakarta, Rabu malam.

Dr Edy Tri Baskoro yang sebelumnya menyampaikan pidato ilmiah berjudul "Keteraturan Sempurna Adalah Mustahil: Problem Ekstremal dalam Tori Graf`, terpilih karena kontribusinya yang signifikan dalam pemecahan permasalahan derajat atau diameter dalam teori graf.

Permasalahan yang dikemukakannya itu terkait erat dengan perancangan jaringan interkoneksi sistem komputasi paralel, yaitu suatu alat fundamental dalam sains komputasi yang dibutuhkan para ilmuwan dalam memecahkan permasalahan sains dan perekayasaan yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.

Permasalahan itu misalnya investigasi saintifik tentang proses biokimia pada otak manusia dan gaya fisika fundamental yang membentuk alam raya, analisis penyebaran penyakit menular, proyek genome dan "protein folding", ujar dosen Fakultas MIPA ITB itu.

Menurut doktor dari University of Newcastle, Australia itu dengan komputasi paralel, peneliti dimungkinkan untuk melakukan simulasi, visualisasi, dan perhitungan numerik lanjut dari permasalahan itu.

Sedangkan Dr Nurul Taufiqu Rochman, peneliti dari LIPI, terpilih karena dinilai sukses mengembangkan nanoteknologi dengan membuat berbagai peralatan "milling", suatu alat yang memproduksi berbagai jenis partikel nano dari mineral bahan alam Indonesia untuk keperluan riset.

Nurul yang sebelumnya menyampaikan pidato berjudul "Pengembangan Nanomaterial Berbasis Sumber Daya Lokal dengan Teknologi Milling Baru" itu memiliki sejumlah paten dan hak cipta, di antaranya paten Jepang yang telah diterapkan di perusahaan Kyushu Tabuchi.

Doktor dari Kagoshima University Jepang itu juga berhasil menemukan teknologi eliminasi unsur berbahaya Pb pada paduan tembaga, di mana unsur timbal tersebut telah membuat berjuta-juta ton pipa air dan peralatan rumah tangga harus diganti.

Sementara itu, Ajib Rosidi dinilai berjasa dalam pengembangan kebudayaan dengan tidak mengenal lelah seperti memajukan sastra Sunda dalam tataran internasional serta memprakarsai Konferensi Internasional Budaya Sunda dan mendirikan Pusat Studi Sunda.

Ajib yang sebelumnya berpidato dengan judul "Bagaimana Masa Depan Bahasa Indonesia" itu juga mempelopori Hadiah Rancage kepada penulis yang bukunya ditulis dalam bahasa Sunda dan menjadi guru besar di sejumlah universitas di Jepang.

Penerima Habibie Award masing-masing menerima piagam, medali emas dan uang tunai 25 ribu dollar AS.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009