Jeddah (ANTARA News) - Tim Penyelamat masih terus melakukan pencarian jenazah korban banjir dan air bah yang terjadi setelah hujan deras mengguyur kota Jeddah, kawasan Mina dan Padang Arafah Rabu pekan lalu (25/11).

Koran-koran setempat, melaporkan dari Jeddah, Rabu, sejumlah warga di lokasi bencana juga mengeluhkan bau menyengat yang menyebar dari bangkai mobil dan tumpukan sampah atau barang-barang yang tersapu air bah atau terendam air saat musibah itu terjadi.

Di ruas jalan bebas hambatan antara Jeddah dan Mekah, sampai hari Rabu masih tampak tumpukan sampah berserakan disana-sini. Begitu pula bangkai mobil yang bergeletakan di sejumlah lokasi.

Warga yang tinggal di perumahan-perumahan di kawasan selatan atau timur Jeddah- yang merupakan lokasi terparah dalam musibah itu mengkhawatirkan, jika jasad para korban terus dibiarkan, maka akan berpotensi menimbulkan epidemi atau gangguan kesehatan.

Mengutip hadits Nabi, mereka menyebutkan bahwa orang yang meninggal harus segera dimakamkan demi menjaga harkat dan martabatnya.

Seorang warga di bagian timur Jeddah di kawasan Quwaizah, Ahmad Al-Harity mengemukakan bahwa sejumlah relawan telah mencoba menemukan jenazah-jenazah untuk membantu pemerintah daerah setempat menguburkannya.

Al-Harity juga mendesak agar pemerintah menggunakan alat-alat yang lebih canggih untuk melacak keberadaan jasad korban bencana alam itu yang kemungkinan masih belum ditemukan mengingat luasnya areal bencana.

Sebelumnya dilaporkan, 105 orang tewas dalam musibah banjir dan air bah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Arab Saudi yang biasanya kering sepanjang tahun itu.

Sementara seorang warga di Distrik Al-Muntazahat, Abdullah Al-Nikhali mengemukakan bahwa ia yakin bau menyengat muncul dari bangkai manusia yang masih tertinggal di tumpukan sampah atau bangkai mobil

"Saya belum menemukan beberapa anggota famili dan keluarga saya, mungkin mereka termasuk yang tewas," katanya menambahkan.

Menurut dia, petugas pencari ada yang menggunakan detektor suara untuk mendeteksi korban yang kemungkinan masih bertahan hidup di antara reruntuhan arau bangkai-bangkai mobil.

Namun peralatan itu tidak banyak menolong.

Sejumlah sumber juga memperkirakan, di tumpukan bangkai mobil, kemungkinan masih ada jasad tersisa mengingat banyak pengemudi yang segera meninggalkan penumpangnya untuk menyelamatkan diri begitu melihat air bah mendekat, juga sebagian ada yang terperangkap di dalam kendararan mereka.

Sementara itu para ahli hukum dan akademisi setempat menyambut baik perintah Raja Abdullah untuk melakukan investigasi terhadap pejabat berwenang yang terkait dengan penanganan bencana tersebut.

"Mereka yang terbukti telah melalaikan tanggung jawabnya, baik dalam penanganan sebelum maupun sesudah musibah, harus dibawa ke pengadilan Islam, " ujarnya.

Seorang profesor Universitas Raja Abdul Aziz, Naif Al-Sharif menilai, instruksi Raja Abdullah (untuk mengadili pejabat terkait-red) merefleksikan kepeduliannya pada korban musibah itu.

"Kami berharap, komisi yang dibentuk untuk melakukan investigasi terhadap pejabat terkait segera menyelesaikan temuannya, kalau perlu anggota komisi diperluas dengan pengamat independen seperti dari akademisi, " ujarnya.

Menurut dia, komisi tidak hanya bekerja di bawah meja, tetapi harus turun ke lapangan untuk melakukan penelitian, termasuk pada saksi-saksi mata.

Jika ditemukan bukti-bukti terhadap para pelaku yang menyebabkan musibah itu, ia berharap, baik pejabat yang masih aktif maupun yang sudah pensiun hendaknya dijatuhi hukuman setimpal.

Al-Syarif juga meminta pemerintah melakukan investigasi terhadap pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang telah menelan dana miliaran Riyal.

"Rakyat tidak memperoleh manfaat dari sejumlah proyek itu, dan seorang pun tidak tahu kemana larinya uang, " katanya seraya menambahkan, agar di masa mendatang lebih banyak perusahana asing dilibatkan dalam proyek-proyek pembangunan infrasturktur.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Luki Satrio
Copyright © ANTARA 2009