Jeddah (ANTARA News) - Isu akan terulangnya kembali ancaman banjir dan air bah akibat hujan lebat pada Rabu 25 November lalu masih menghantui warga kota Jeddah dan sekitarnya.

Seperti yang dilaporkan koran-koran setempat, misalnya pesan tertulis yang beredar, menyebutkan bahwa otoritas Pemda Jeddah memerintahkan warga di Distrik Al-Samr dan Al-Safa di kota itu untuk segera mengungsi.

Warga diperintahkan mengungsi karena terowongan bawah tanah di kawasan bandara yang terbenam air akan meledak.

"Terowongan di kawasan bandara yang sedang dibangun bisa meledak jika genangan air di dalamnya tersentuh aliran listrik," demikian isi salah satu selebaran tersebut.

Selebaran lainnya malah beredar di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, yang berjarak sekitar 900 Km dari Jeddah berisi seruan agar warga bersiap-siap mengungsi karena banjir akan melanda kota.

Jubir Kota Jeddah Ahmad Al-Ghamdi membantah isu-isu tersebut dan menyebutkan bahwa tidak mungkin terjadi ledakan karena persentuhan air dengan aliran listrik, lagi pula genangan air sudah dipompa keluar dari terowongan 24 jam setelah kejadian.

Sementara pengamat menyebutkan isu-isu tersebut hanyalah guyonan guna meredam rasa frustrasi warga yang terkena musibah atau sindiran bagi para pejabat lokal yang dianggap kurang tanggap terhadap musibah bencana alam itu.

Sebaliknya, para pejabat setempat dalam pernyataan mereka, berkilah bahwa mereka sudah melakukan segenap upaya untuk mengatasi dampak musibah.

Sementara itu, Hari Arab News juga dibanjiri telefon dari warga mengenai kebenaran isu-isu tersebut dan berharap agar mereka diingatkan jika ada ancaman bencana lagi pada hari-hari mendatang.

Harga rumah naik



Sementara itu dilaporkan bahwa harga perumahan di sejumlah kawasan seputar Jeddah kemungkinan naik karena warga di pemukiman di bagian selatan dan timur Jeddah yang terendam air akan pindah ke lokasi pemukiman yang lebih aman dari ancaman banjir.

Wakil Komisi Real Estate Kamad Dagang dan Industri Jeddah, Abdullah Al-Ahmari mengindikasikan sudah terjadinya kenaikan harga perumahan di wilayah-wilayah kota di bagian utara dan barat Jeddah yang dianggap aman dari ancaman banjir.

"Kami berharap, pemerintah mencegah aksi spekulan yang mengambil manfaat dari musibah ini," demikian tuturnya.

Sebaliknya, Ketua Urusan Real Estate KADIN Jeddah, Khalid Jamjoum membantah hal itu dan menyatakan bahwa kesadaran warga cukup tinggi dan mereka saat ini dalam keadaan terguncang (`shock`) akibat bencana itu, sehingga tidak mungkin melakukan pembelian rumah baru yang akan memicu naiknya harga perumahan.

Komite Real Estate KADIN Jeddah juga mendesak pemerintah daerah setempat untuk segera menyiapkan daftar prioritas bagi warga di kawasan perumahan yang terendam air yang telah mendaftarkan diri untuk mendapatkan kompensasi lahan.

Namun demikian ia juga tidak membantah musibah itu dimanfaatkan spekulan, walaupun jika ada kenaikan harga, hanya terjadi sementara, sampai keadaan normal kembali.

Sementara seorang pengusaha real estate, Salim Barkah berpendapat bahwa jika permintaan naik, harga juga akan ikut merambat naik, karena hal itu adalah hukum ekonomi, apalagi sebelum terjadi musibah, harga propertis memang sudah naik.

Berdasarkan catatan pemerintah daerah Mekah, 9.690 kendaraan rusak akibat tersapu air bah atau terendam banjir, sementara korban jiwa tercatat 105 orang, walaupun diperkirakan masih ada yang belum ditemukan.

Aparat penyelamat sampai saat ini masih terus melakukan pencarian korban, khususnya di danau buatan di dekat Distrik Al-Salam di Km11 Jeddah yang diperkirakan masih ada belasan jenazah yang terkurung dalam mobil-mobil mereka yang tersapu air bah.

Danau buatan sedalam 16 meter yang disebut warga sebagai "danau maut" itu adalah milik sebuah perusahaan air nasional yang terbengkalai sejak lima bulan lalu. Mobil-mobil bersama penumpangnya yang dihanyutkan air bah terperosok ke dalam danau buatan ini.

Sementara itu seorang pengamat kesehatan, dr. Suad Jaber mengingatkan warga terutama anak-anak agar tidak bermain-main di genangan air yang masih terdapat di sekitar lingkungan rumah mereka karena di genangan air itu bakteri tiphoid dan salmonela bisa berkembang biak.

"Air yang tidak mengalir adalah sumber berbagai penyakit," katanya mengingatkan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009