Kuala Lumpur (ANTARA News) - Rakyat Malaysia terutama para mahasiswa Universiti Malaya (UM), Jumat pagi, gempar karena ditemukan sebuah kepala babi di Masjid Akademi Pengajian Islam di dalam kawasan UM, terbungkus bendera PAS (Partai Islam Se Malaysia). "Satu kepala babi yang dibelah dua dan dibungkus dengan bendera PAS. Ditaruh di pintu masuk masjid yang memang jarang digunakan," kata Masrur, ketua PPI (persatuan pelajar Indonesia) Universiti Malaya, di Kuala Lumpur, Jumat. Kepala babi itu ditemukan oleh seorang mahasiswa yang tidur di masjid itu. Ketika bangun sekitar pukul 05:00 untuk siap-siap melakukan sholat Subuh ternyata menemukan sebuah kepala babi yang dibelah dua. Di masjid itu juga tidur beberapa aktivis pro mahasiswa tapi tidak mengetahui pelakunya. Peletakan kepala babi dengan bungkus bendera PAS diduga terkait dengan pemilihan BEM (badan eksekutif mahasiswa) di UM yang kini sedang masuk tahap kampanye. Perebutan itu selalu terjadi antara pro mahasiswa dengan pro aspirasi. Kelompok mahasiswa pro aspirasi adalah para mahasiswa yang orientasinya kepada pemerintah atau Barisan Nasional (BN) sedang pro mahasiswa berorientasi pada PAS atau oposisi. Sekitar jam 07:30 pagi, wakil Canselor (Akademik dan Antarabangsa) UM, Prof Dr Mohd Amin Jalaludin, datang ke masjid itu setelah mendengar informasi itu dan memberikan penjelasan kepada para wartawan. Dr Mohd Amin meminta para mahasiswa untuk bubar dan masuk ke kelas untuk kuliah. Kepala babi itu kemudian dimasukan ke dalam mobil polis untuk mendapatkan petunjuk atau sidik jari pelaku. Masjid Akademi Pengajian Islam hari ini tetap digunakan untuk ibadah salat Jumat, tapi setelah itu ketua PMIUM (persatuan mahasiswa Islam UM), Mohamad Haafizuddin Abi Rerah kepada para pers mengutuk tindakan tersebut. Ia juga meminta mahasiswa untuk tidak terpancing emosinya atas kejadian ini. Peletakan kepala babi belum lama ini juga muncul di Malaka. Kepala babi itu digantung di pagar pinggir jalan menempel pada spanduk organisasi Melayu. Tindakan ini menimbulkan kemarahan masyarakat Melayu tapi tidak sampai menyerang siapa pun yang dicurigai.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009