Yogyakarta (ANTARA News) - Para pejabat dan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas maupun pekerjaan hendaknya dengan hati nurani sehingga peka serta tanggap terhadap tuntutan kepentingan masyarakat,

"Dengan demikian, para pejabat dan aparat pemerintah dapat melaksanakan tugas dengan benar dan baik, dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia dalam sambutan yang dibacakan Sekda DIY Tri Harjun Ismaji pada pembukaan pengajian pejabat dan aparat pemerintah DIY, hal itu memerlukan pengembangan profesionalitas dan penguatan etos kerja, sehingga kinerja birokrasi pemerintah dapat berkembang baik.

"Setiap pekerjaan dan jabatan yang diemban merupakan amanah yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. Hal ini memerlukan peningkatkan budaya kerja yang efektif, efisien, dan profesional dalam melayani kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara," katanya.

Kepala Kanwil Departemen Agama (Depag) DIY Afandi mengatakan, pengajian di Bangsal Kepatihan itu merupakan pengajian putaran pertama pada 2010 dan rencananya akan dilaksanakan selama 12 kali putaran.

Siraman rohani itu diharapkan bisa bermanfaat bagi pejabat dan aparat pemerintah, sehingga dapat menjadi contoh dan melayani masyarakat dengan benar dan baik.

"Pengajian rutin itu sebagai wahana silaturahmi antarinstansi, karena pelaksanaannya akan bergiliran dari instansi satu ke instansi lain," katanya.

Sementara itu, ustad Agus Maftuh mengatakan, jihad saat ini tidak harus perang dan membunuh sesama manusia, tetapi bagaimana bisa hidup berdampingan dengan agama lain secara damai.

"Dengan demikian, kita tidak saling mengganggu satu sama lain, saling menghargai dan menghormati agama maupun keyakinan masing-masing," katanya.

Menurut dia, agama Islam adalah agama yang santun dan cinta damai. Islam mengajarkan dan menganjurkan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dijalankan Nabi Muhammad SAW.

"Oleh karena itu, budaya transnasional yang mengarah pada ektremisme dan vandalisme harus dicegah. Budaya Arab tidak selalu identik dengan ajaran Islam, demikian pula budaya Jawa khususnya Yogyakarta belum tentu tidak Islami," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010