New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak tergelincir pada Kamis waktu setempat, karena pedagang terbebani lemahnya permintaan energi di Amerika Serikat yang mengangkat kekhawatiran tentang kekuatan pemulihan yang rapuh di ekonomi terbesar dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Februari, merosot 26 sen menjadi ditutup pada 79,39 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk penyerahan Februari turun 49 sen untuk menetap di 77,82 dolar.

Pasar merasakan tekanan lagi dari kenaikan tak terduga cadangan minyak AS yang dilaporkan oleh Departemen Energi (DoE) pada Rabu, kata analis.

"Persediaan dari kemarin adalah sebuah kejutan besar dan pasar mencoba mencerna itu," kata Jason Schenker dari Prestige Economics.

DoE mengatakan cadangan minyak mentah melonjak 3,7 juta barrel dalam pekan yang berakhir 8 Januari, jauh lebih banyak daripada perkiraan konsensus untuk kenaikan 1,0 juta barel.

Distilasi -- termasuk bahan bakar pemanas dan diesel -- naik sebesar 1,4 juta barel, kata DoE, mengalahkan perkiraan turun 1,8 juta barel.

Distilasi berada di tengah fokus cengkraman cuaca dingin yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.

Peramal cuaca memperkirakan lebih ringan untuk beberapa minggu ke depan.

Acuan kontrak New York kehilangan lebih dari satu dolar Rabu dalam mennggi data cadangan minyak bumi di negara konsumen energi terbesar di dunia.

Mike Fitzpatrick dari MF Global menunjukkan bahwa minyak tetap di bawah 80 dolar.

"Jika optimisme menyebar, seharusnya ada tindak lanjuti pembelian di bagian atas pasar dan itu tidak terjadi," katanya.

"Tertinggi baru telah menyertai, dengan penutupan turun terakhir dan itu biasanya merupakan indikasi teknis kuat pembalikan."

Minyak mentah New York pada Senin naik ke tertinggi 15-bulan mendekati 84 dolar didukung menguatnya data China, namun kemudian jatuh di tengah berita bahwa Beijing melakukan pengetatan uang beredar dalam upaya menjinakkan pertumbuhan ekonomi dan perkiraan moderat dingin di belahan bumi utara.

Analis minyak PVM, Tamas Varga memperingatkan bahwa pasar mungkin jatuh lebih jauh.

"Pengetatan kebijakan moneter di China, dan apa yang tampaknya menjadi akhir dari cengkraman dingin di belahan bumi utara, menjadi peringatan bahwa harga umumnya dapat menjadi terlalu panas dalam jangka pendek," kata Varga.

"Melihat euforia awal pekan lalu dan pada akhir tahun lalu tampaknya kehabisan uap dan tekanan turun lebih mungkin sebelum ada perubahan arah lagi."(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010