Bengkulu (ANTARA News) - Kondisi 335 buku milik Bung Karno semasa menjalani pengasingan di Bengkulu pada tahun 1938-1942 sangat memprihatinkan dan hampir hancur dimakan usia.

"Memang usianya sudah tua dan hampir semuanya tidak bisa lagi dibuka karena antar lembar sudah lengket,"kata Juru Pelihara Rumah Bung Karno, M Yaman, Jumat.

Buku-buku yang menjadi bacaan Bung Karno selama menjalani pengasingan tersebut terbagi dalam dua bahasa yakni Bahasa Belanda dan Bahasa China.

Yaman mengatakan buku-buku yang terakhir dihitung pada 2007 tersebut sebagian besar jenis buku politik dan filsafat dari Negeri Tirai Bambu, China.

"Kalau yang berhasa Belanda pada umumnya tentang politik tapi yang berhasa Cina tentang filsafat," kata pegawai honor Balai Pelestarian Peninggalan Sejarah Purkabala (BP3) yang berkantor di Jambi ini.

Dalam perawatan buku-buku itu, pihaknya hanya memberi bahan kimia sehingga buku tersebut tidak dimakan rayap dan jenis binatang lainnya.

"Biasanya kami beri obat sekali tiga bulan dan hanya itu perawatannya," ujarnya.

Buku-buku Bung Karno tersebut masih tersusun rapi di rak buku berkaca di Rumah Bung Karno di Kelurahan Anggut Atas Kota Bengkulu dan  pengunjung masih bisa melihatnya meskti tidak boleh menyentuhnya, apalagi membuka dan membacanya.

"Karena sudah rapuh, tidak bisa disentuh, pengunjung hanya bisa melihat,"katanya.

Selain 335 judul buku asli milik Bung karno tersebut, di Rumah Bung Karno itu juga ada benda peninggalan milik Sang Proklamator lainnya seperti satu set kursi, meja tamu dan sepeda tua milik Bung Karno yang sering dipakainya mengelilingi Kota Bengkulu.

Terdapat juga lemari berisi kostum para pemain teater atau tonil yang dibina langsung oleh Bung Karno yakni Monte Carlo. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010