Dalam wawancaranya dengan BBC Jumat, Presiden Afghanistan Hamid Karzai, mengatakan, sejumlah negara besar, termasuk Amerika Serikat (AS), akan mendukung pendanaan rencana membujuk pemberontak Taliban ini untuk meletakkan senjata dan kembali ke masyarakat.
"Mereka yang kita dekati itu akan dibekali kemampuan bekerja, mencari pekerjaan, perlindungan, dan kembali membangun kehidupan di masyarakatnya," katanya.
Presiden Karzai menegaskan, rakyat Afghanistan sudah sepatutnya merasakan perdamaian dengan biaya apapun.
Namun para pendukung Taliban garis keras yang menjadi anggota kelompok Al-Qaidah dan "organisasi-organisasi teroris" lainnya tidak akan diterima, katanya.
Selama ini, Taliban membayar gaji para sukarelawannya jauh di atas nilai gaji yang dibayarkan pemerintah kepada para personil angkatan bersenjatanya.
Presiden Karzai menekankan bahwa pembiayaan terhadap tawaran pemerintahnya kepada para pendukung Taliban yang mau meletakkan senjata itu akan mendapat dukungan internasional.
Dukungan AS dan Inggris, katanya, akan diumumkan pada konferensi internasional tentang Afghanistan yang berlangsung di London pada 28 Januari.
Pemerintah Jepang juga menawarkan dukungan keuangan, katanya.
Ditanya tentang dukungan Gedung Putih pada rencana pemerintahnya itu, Presiden Karzai menegaskan pihaknya sudah membicarakan masalah tersebut berkaitan dengan rekonsiliasi. "Kini mereka mendukungnya."
Presiden Karzai mendapat kritikan keras negara-negara Barat yang mendukungnya berkaitan dengan kecurangan-kecurangan Pemilu Agustus 2009 dan kepemimpinannya yang lemah.
Menghadapi kritik keras itu, ia optimistis bahwa adanya sumberdaya yang meningkat bisa memperkuat posisinya.
"Kepresidenan saya lemah berkaitan dengan alat kekuasaan yang berarti uang, perangkat, dan sumberdaya manusia. Itu semua berarti kapasitas," katanya.
Presiden Karzai mengatakan, pemerintahannya merupakan salah satu yang paling sah memimpin Afghanistan selama delapan tahun terakhir.
Dia juga optimistis pada masa depan Afghanistan dengan memperkirakan bahwa dalam lima tahun negaranya akan mampu mengontrol keamanannya sendiri serta melawan korupsi dan obat-obatan terlarang.
Awal pekan ini, keamanan kota Kabul kembali mendapat sorotan dunia setelah sekelompok anggota Taliban bersenjata dan pelaku bom bunuh diri melancarkan serangan ke ibu kota Afghanistan itu.
Presiden Karzai kemudian memerintahkan dilakukannya peninjauan kembali keamanan kota tersebut.
Dalam serangan ke beberapa bangunan di pusat kota Kabul disertai baku-tembak sengit itu, sedikitnya lima orang tewas, termasuk seorang anak kecil.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010