Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Tiga anak tewas ketika bom meledak Rabu di sebuah desa di Pakistan baratlaut, sementara kekerasan lain yang dituduhkan pada gerilyawan Taliban mencederai 10 orang dan menewaskan seorang pemimpin milisi.

Ketiga anak laki-laki itu -- dua kakak-beradik dan sepupu mereka yang berusia antara delapan dan 12 tahun -- tewas dalam ledakan bom ketika mereka sedang menggembala kambing keluarga mereka di distrik Dir, yang menjadi sasaran operasi militer tahun lalu untuk menghalau Taliban.

"Itu bom waktu. Tiga anak tewas di lokasi kejadian. Tampaknya itu tindakan terorisme. Militan ingin menciptakan ketakutan dan menakut-nakuti penduduk," kata kepala kepolisian wilayah itu Raoof Khan kepada AFP.

Insiden serupa sebelumnya bulan ini di distrik baratlaut Tank, satu anak tewas dan lima lain cedera ketika mereka salah menduga ranjau sebagai bola dan mulai memainkan benda itu hingga meledak.

Tidak jelas apakah peledak itu sengaja dipasang oleh militan atau bom tidak meledak yang dibawa sebagai logam barang bekas dari Afghanistan.

Lebih dari 2.900 orang tewas sejak Juli 2007 dalam kekerasan di Pakistan, sebagian besar dituduhkan pada Taliban, dan ledakan-ledakan bom bunuh diri dan serangan lain dengan sasaran sipil meningkat, seringkali anak-anak yang menjadi korban.

Sebelumnya Rabu pagi, sepuluh orang cedera ketika sebuah bom meledak pada saat pasukan keamanan berusaha menjinakkan bom itu di Kashmir yang dikuasai Pakistan.

Juga Rabu di Bajaur, polisi menemukan mayat seorang pemimpin milisi yang berlubang-lubang peluru. Itu merupakan pembunuhan terakhir terhadap sesepuh suku pro-pemerintah yang menentang Taliban.

Daerah yang berbatasan dengan Afghanistan itu digempur oleh jet-jet tempur pemerintah pada Selasa dan Rabu.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010