Pacitan (ANTARA News) - Puluhan ekor babi hutan yang datang secara berkelompok kembali menyerang dan merusak belasan hektare lahan pertanian di Kabupaten Pacitan, Jatim, Selasa.

Jika sebelumnya kawanan babi liar yang datang dari hutan ini merusak 50 hektare lebih sawah dan ladang milik warga di Kecamatan Arjosari, seminggu ini kejadian serupa menimpa puluhan hektare lahan di Kecamatan Pringkuku.

Lahan pertanian yang mulai tumbuh dewasa rusak berantakan sehingga berpengaruh pada kapasitas produk pertanian di daerah itu.

"Biasanya kami bisa panen hingga 1,3 ton hingga 1,5 ton padi setiap musim panen. Tapi lantaran tanaman kami dirusak babi hutan, panen tinggal 400-an kilogram saja," kata Suradi, petani asal Kecamatan Pringkuku.

Dari sekian kasus kerusakan lahan pertanian dan perkebunan milik warga yang paling banyak menjadi sasaran serangan babi hutan adalah tanaman jagung dan ketela pohon.

"Sebagian petani yang mengalami gagal panen jagung itu tersebar di beberapa desa, di antaranya di desa Sobo, Sugihwaras, Dersono, dan Jlubang," kata Wiwit, petani lain.

Sementara itu, Kepala Bidang Penyuluhan, Sarana, dan Prasarana Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Pacitan, Sugeng Yuswiyono, mengatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi terkait persoalan yang dihadapi petani di Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Pringkuku.

Salah satu upaya itu adalah dengan melibatkan kelompok pemburu binatang yang selama ini bernaung di bawah Persatuan Olahraga Menembak Indonesia (Perbakin). "Semoga saja cara ini efektif," kata Sugeng.

Menurut dia membasi hama babi hutan bukanlah pekerjaan mudah. Sebab, hewan hutan itu sulit diberantas menggunakan obat-obatan. Sedangkan cara "gropyokan" seperti menghalau tikus dianggap terlalu berisiko.

Apalagi setiap kali menyerang lahan pertanian warga, kawanan babi hutan itu selalu berkelompok. Cara satu-satunya yang lazim dilakukan petani selama ini adalah dengan cara membakar kayu serta daun kering agar menimbulkan asap tebal.

"Biasanya, setiap kelompok terdiri atas 15 ekor. Secara naluri, babi hutan takut dengan asap," kata Suradi menejelaskan.(M038/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010