Hebron, Tepi Barat (ANTARA News/Reuters/AFP) - Sejumlah prajurit Israel membunuh seorang Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat, Jumat, ketika ia berusaha menikam mereka, kata seorang jurubicara militer.

Pria itu, yang diidentifikasi penduduk setempat sebagai Fayez Faraj (41), cedera dalam penembakan di Hebron dan dibawa ke sebuah rumah sakit Israel, namun ia kemudian tewas.

Sejumlah warga mengatakan bahwa Faraj, ayah dari 10 anak, bekerja di sebuah pabrik sepatu. Tayangan televisi menunjukkan sebilah pisau pemotong kecil berwarna kuning di samping mayatnya.

Hebron, sebuah kota luas Palestina dimana ratusan orang Yahudi tinggal bersama satu garnisun militer Israel yang melindungi mereka, seringkali dilanda kekerasan.

Insiden-insiden semacam itu mereda ketika Presiden Palestina Mahmoud Abbas berusaha menegakkan aturan hukum dan ketertiban serta menghidupkan ekonomi di Tepi Barat yang mendapat dukungan AS.

"Pasukan menembak dan melukai penyerang setelah ia berusaha menikam seorang prajurit namun ia tewas dalam ambulan yang membawanya ke rumah sakit," kata seorang jurubicara militer.

Rabu, seorang polisi Palestina menikam tewas seorang prajurit Israel di Tepi Barat bagian utara, dalam insiden yang merupakan serangan fatal pertama terhadap Israel tahun ini dalam konflik Timur Tengah.

Militer Israel mengatakan, prajurit yang tewas Rabu itu adalah Ihab Chattib, seorang bintara karir yang berasal dari sebuah kota berpenduduk mayoritas Druse Arab di Israel utara.

Israel mengecam serangan itu dan menyatakan akan berusaha membawa siapa pun yang bertanggung jawab ke pengadilan.

Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad juga mengecam serangan Rabu itu dengan mengatakan, "Serangan itu bertentangan dengan kepentingan nasional Palestina dan upaya serta komitmen Pemerintah Palestina."

Ada kekhawatiran di Israel mengenai keamanan dan keefektifan pasukan Palestina yang dididik AS di Tepi Barat, dimana Abbas memiliki mandat terbatas sejak kehilangan kendali atas Jalur Gaza.

Palestina kini menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas.

Perpecahan itu terjadi setelah kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 sesudah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir itu pada 2005 namun tetap memblokadenya.

Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tigabelas warga Israel tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik tersebut, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010