Sukadana, Lampung Timur (ANTARA News) - Cadangan gabah milik sejumlah petani di Kabupaten Lampung Timur makin menipis, pada pertengahan musim tanam padi di daerah itu.

"Jika menunggu panen padi masih sekitar dua bulan lagi, namun cadangan gabah makin menipis ," kata petani, Sumijo (46), di Kecamatan Pekalongan, Lampung Timur, Senin.

Ia menjelaskan, dulu petani di daerahnya menyimpan gabah sebagai cadangan hingga akhir musim, sehingga tidak khawatir akan kekurangan stok bahan pangan.

"Petani sekarang tidak seperti dahulu. Jika para petani dahulu mampu menyimpan gabah, hingga panen padi berikutnya, sekarang, gabah hasil panen lebih banyak langsung dijual," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan petani di Kecamatan Jabung, Sarif (54), bahwa biasanya setiap rumah bisa menyimpan 4-6 karung, namun sekarang tidak, sehingga petani banyak yang membeli beras ke sejumlah pabrik untuk mencukupi kebutuhan pangan.

"Di tengah musim tanam padi, petani sudah membeli beras ke tempat lain, karena cadangan gabah untuk digiling sudah habis," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Lampung Timur, M Sahid Karim, mengatakan bahwa stok gabah di kabupaten tersebut, sebenarnya paling stabil jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain.

Hal itu karena wilayah persawahannya yang cukup luas, dengan rincian sawah irigasi teknis mencapai 38 ribu hektare dan sawah irigasi nonteknis enam ribu hektare.

Selain itu, lanjutnya, di Kabupaten Lampung Timur ada dua sumber pengairan yaitu irigasi yang bersumber dari Sungai Way Sekampung dan Bendungan Danau Way Jepara.

"Potensi pertanian, khususnya wilayah persawahan memang cukup luas, hal itu didukung dua sumber irigasi yang ada. meski memang perlu perbaikan sistem pengaturan jatah pengairan," terangnya.

Ia menambahkan, untuk mengantisipasi minimnya stok pangan, para petani diharapkan bisa menggalakan penyimpanan di "lumbung gabah" untuk setiap desa.

"Program lumbung penyimpanan gabah itu sangat bermanfaat, sehingga bisa mengantisipasi kekurangan stok pangan di masing-masing desa," ujarnya. (JA*T013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010