Lebak (ANTARA News) - Ribuan hektare tanaman pisang di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, terserang hama penyakit layu (layu fusarium) yang mengakibatkan tanaman tidak berbuah.

"Akibat serangan hama ini tentu menyebabkan produksi pisang menurun drastis," kata Ketua Kelompok Tani Bina Tani, Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Ujang Maftuh, Selasa.

Ia bahkan memperkirakan tanaman pisang yang terserang hama fusarium mencapai sekitar 20 ribu hektare.

Menurut dia, akibat serangan hama ini dipastikan petani mengalami kerugian besar, karena tanaman tidak tumbuh subur, dan tidak berbuah.

Tanaman pisang, kata dia di wilayahnya merupakan andalan masyarakat setempat untuk dijadikan bahan baku industri rumahan yaitu sele serta kripik pisang.

Bahkan, produksi makanan tersebut setiap pekan dikirim ke Bandung dan Cianjur.

Menurut dia, pemberantasan hama layu fusarium hingga kini belum bisa dilakukan, meskipun melibatkan tim peniliti hama dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Satu-satunya cara adalah tanaman itu ditebang dan dikubur agar tidak menularkan ke tanaman pisang lainnya," katanya.

Ia mengatakan tanaman pisang yang terkena penyakit layu fusarium umumnya akhirnya mati.

Hama fusarium biasanya menyerang batang pisang kurus, dan daun layu setelah batang membusuk, serta warna coklat juga tidak berbuah.

Selama ini, kata dia petani tidak bisa berbuat banyak akibat serangan hama tersebut.

Oleh karena itu, produksi pisang raja siam dan kepok yang digunakan sebagai bahan baku usaha industri rumahan masyarakar menurun.

"Dengan serangan hama ini tentu berdampak terhadap produksi perajin usaha rumahan itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Yoyo Suherman mengatakan serangan hama layu tanaman pisang di Kecamatan Bayah terjadi karena petani tidak merawat tanamannya dengan baik.

Sebagian besar petani setelah menanam membiarkan begitu saja tanpa perawatan.

"Kami minta tanaman pisang yang terserang hama tersebut sebaiknya dimusnahkan dengan cara dikubur," katanya. (MSR/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010