Khartoum, Sudan (ANTARA News) - Seorang pegawai Komite Internasional Palang Merah (ICRC) berkewarganegaraan Inggris-Prancis yang diculik di Darfur pada Oktober lalu dibebaskan Kamis, kata seorang pejabat ICRC.

"Ia dibebaskan setelah lima bulan ditahan," kata pejabat itu kepada AFP."Ia kini dibawa dengan helikopter ke El Geneina," ibukota negara bagian Darfur Barat.

Gauthier Lefevre (35), yang bekerja untuk ICRC selama lima tahun -- 15 bulan diantaranya di Darfur -- sedang melakukan perjalanan dalam konvoi dua kendaraan yang bertanda jelas ICRC ketika ia diculik oleh orang-orang bersenjata di dekat perbatasan Chad pada 22 Oktober.

Ia tercatat menghabiskan waktu terlama dalam penyanderaan -- 147 hari -- sejak gelombang penculikan pekerja asing mulai terjadi pada Maret tahun lalu.

Penculikan-penculikan itu terjadi setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Beshir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.

Ketegangan meningkat di Sudan setelah Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) pada 4 Maret memerintahkan penangkapan terhadap Beshir.

Jurubicara ICC Laurence Blairon mengatakan kepada wartawan di pengadilan yang berlokasi di Den Haag, surat perintah penangkapan terhadap Beshir itu berisikan tujuh tuduhan -- lima kejahatan atas kemanusiaan dan dua kejahatan perang.

Sudan bereaksi dengan mengusir 13 organisasi bantuan dengan mengatakan, mereka telah membantu pengadilan internasional di Den Haag itu, namun tuduhan tersebut dibantah oleh kelompok-kelompok bantuan itu.

Sejumlah pejabat PBB yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan, pengusiran badan-badan bantuan itu memiliki dampak yang sangat merugikan bagi rakyat Darfur.

Para ahli internasional mengatakan, pertempuran enam tahun di Darfur telah menewaskan 200.000 orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggal mereka. Khartoum mengatakan, hanya 10.000 orang tewas.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur, pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan.(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010