Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berencana membangun 12 sekolah madrasah bertaraf internasional di seluruh Indonesia dan diharapkan pada 2012 sudah terealisasi.

Kebutuhan keberadaan madrasah bertaraf internasional dirasakan sudah mendesak, kata Direktur Madrasah Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama Firdaus saat meninjau ujian nasional (UN) di Madrasah Insan Cendikia, Serpong, Banten, Senin.

Madrasah yang dicitrakan sebagai pendidikan nomor dua di Indonesia sudah harus bangkit. Adanya madrasah Insan Cendikia yang alumninya banyak belajar di perguruan tinggi (PT) asing dan terkenal lainnya, merupakan jawaban bahwa madrasah tidak pantas dipandang sebelah mata.

Kemenag berencana mendirikan madrasah internasional di antara di propinsi Riau, Sumsel, Medan, Batam, Jateng, Jabar, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sulteng dan NTB.

Untuk madrasah internasional itu, lanjut dia, pembiayaannya tetap sama menganut pola Madrasah Insan Cendikia, yaitu siswa dibebaskan mulai biaya SPP, penginapan hingga biaya-biaya lainnya. Hanya saja, sumber pembiyaannya tak berasal dari Kemanag. Sepenuhnya ditanggung Pemda bersangkutan.

Kemenag ikut mendukung pembangunan infrastrukturnya, termasuk rekrutman tenaga pengajar, kata Firdaus.

Irjen Kemenag, Suparta mengatakan, dengan makin banyaknya madrasah unggulan diharapkan dalam lima tahun ke depan kualitas anak didik berasal dari madrasah tak akan kalah dengan sekolah pada umumnya.

"Lihat, madrasah insan cendikia, sudah banyak melahirkan juara olimpiade. Cuma saja tak terekspos luar. Prestasinya tak pantas dipandang sebelah mata. Alumninya juga membanggakan bagi bangsa," katanya dengan bangga.

Karena itu, terkait dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN), ia mengatakan, bukan alasan siswa merasa tertekan. UN merupakan bagian untuk mencapai kualitas lebih tinggi.

Jika ada pihak yang mempersoalkan UN, lebih-lebih dikaitkan dengan persoalan HAM, menurut dia, sunggu tak elok didengar. UN jangan melemahkan semangat siswa untuk meningkatkan kualitas belajarnya.

"Orang biasanya merasa stres berat tatkala menghadapi kematian. Jadi, UN tak harus dihadapi dengan stres," kata Suparta.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010