"Ada, karakternya sangat banyak. Beberapa (ada) yang saya kenal," kata Megawati Soekarnoputri saat menghadiri Konferensi Daerah (Konferda) III DPD PDI Perjuangan Kalimantan Barat (Kalbar) di Pontianak, Selasa sore.
Ia mengatakan, politikus ini seperti tidak ada arah. Suatu saat masuk PDI, kemudian ke PDI Perjuangan, lalu ke partai lain dan kembali ke PDI Perjuangan.
Ia mengingatkan, perilaku seperti itu telah melecehkan diri sendiri karena sudah tidak mempunyai harga diri lagi.
Megawati Soekarnoputri mempersilakan bagi kader partai yang ingin bersikap seperti itu untuk berbicara secara terbuka. "Silakan keluar dari pintu itu. Dari pada `mengendap-endap`, nanti ketahuan juga," katanya menegaskan.
Ia melanjutkan, ada yang pernah tetap berkampanye untuk PDI Perjuangan. Namun, ada yang juga "berpakaian" seperti kita tetapi jiwanya tidak di PDI Perjuangan.
"Saya pun bertanya-tanya, sudah masuk partai sana atau belum. Partai tentu saja memilih kader yang segar dan baru," katanya.
Sedangkan untuk yang kerap berbohong, ia menjadi ingat perkataan sang ayah, Presiden I RI Soekarno.
Soekarno pernah berpesan, kalau berbohong satu kali orang akan lupa. "Tetapi kalau berbohong berkali-kali, tidak ada tempat untuknya di dunia ini," kata Megawati menirukan ucapan sang ayah.
Ia menambahkan, PDI Perjuangan tidak membutuhkan kader seperti itu. Ia juga menyatakan kekaguman terhadap loyalitas Cornelis yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Kalbar.
"Seperti itulah yang harusnya disebut kader di partai politik. Ada kebanggaan diri," kata dia. Selain itu, tidak ada pemaksaan untuk menetapkan pilihan di partai politik tertentu guna menampung aspirasi.
"Kalau pilihan hanya sekedar untung rugi, akan terlihat mereka yang hanya keluar masuk partai," kata Megawati Soekarnoputri.
Sementara mengenai hasil Pemilu 2009, ia mengatakan bahwa menang atau kalah bukan tujuan akhir. "Karena kalah atau menang merupakan hasil kreasi dari manusia. Mau baik atau jelek hasilnya," kata dia.
Namun ia menyerahkan semua kepada masyarakat untuk menilai kinerja PDI Perjuangan. "Rakyat semakin hari semakin kritis," katanya.(*)
(T011/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010