Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) Pontjo Sutowo mengharapkan, agar pencapaian peradaban yang tinggi di Nusantara tempo dulu, yang juga pernah hadir pada era Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, dapat kembali lagi di negara Indonesia.

"Kedepan, peradaban budaya bangsa bahari yang dimiliki oleh kedua kerajaan itu, sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia Indonesia dewasa ini dan masa mendatang," katanya dalam sambutan diskusi "Indonesia Asal Peradaban Dunia", di Jakarta, Sabtu.

Oleh karena itu, mana kala daratan sudah terlalu sempit untuk pemukiman dan kegiatan ekonominya, maka kehidupan manusia dengan perdabannya, mau tidak mau harus menuju ke laut.

Pontjo menjelaskan, laut yang menghubungkan pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan adalah merupakan perairan yang dangkal, yang notabene semula merupakan benua Atlantis yang tenggelam itu, memiliki kemudahan akan pengelolaan, dibanding dengan laut yang dalam.

"Peluang ini merupkan potensi dan keunggulan bagi bangsa Indonesia untuk merintis dan memelopori budi daya laut kembali serta mengembangkan budaya bahari bagi kehidupan manusia," katanya.

Pengusaha nasional itu menegaskan, kecerdasan dan budaya masyarakat suatu bangsa adalah cermin dari suatu kualitas peradabannya. Hanya dengan peradaban bangsa yang tinggi, maka kebebasan berpendapat dan pikiran sehat itu dapat berjalan bersama demi kemaslahatan masyarakatnya.

"Oleh karena itu, masalah peradaban bangsa adalah yang teramat penting untuk diperhatikan dan dibina, terutama bagi bangsa Indonesia," ujarnya.

Pontjo mencontohkan, Prof Arysio Santos, PhD, seorang geolog dan fisikawan nuklir dari Brasil dengan berani mengungkapkan pendapatnya, bahwa Atlantis sebagai sebuah peradaban yang tinggi itu, ternyata pernah hadir di wilayah Indonesia puluhan ribu tahun yang lalu.

Peradaban dunia yang selama ini masuk ke Indonesia dari barat, telah dimentahkan oleh pendapatnya. Bahkan sebaliknya bahwa peradaban dunia yang berkembang dewasa ini adalah berasal dari Atlantis yang secara geografis berada di Indonesia.

Namun, peneliti Puslit Kemasayarakatan dan Kebudayaan LIPI Jaleswari Pramodhawardani mengatakan, sesuai pendapat arkeolog senior Indonesia Prof Harry Truman Simanjuntak bahwa pendapat Prof Santos hanya merangkai-rangkai fiksi tentang Atlantis dan mengaitkannya dengan fakta akan kepulauan Indonesia tanpa berdasarkan sumber data yang valid.

"Meski kontroversial dan lemah, Atlantisnya Prof Santos, menjadi salah satu penyemangat dan pintu masuk Indonesia untuk lebih mengetahui isi bumi Nusantara serta menumbuhkan kembali ke-Indonesiaan kita," katanya.

Sejumlah budayawan berbicara pada diskusi itu, antara lain Radhar Panca Dahana, ES Ito, Oki Oktariandi, Agus Aris Munandar, Agung Bimo Sutedjo serta dimoderatori Pengurus YSNB Iman Sunaryo dan Imelda Sari.(Ant/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010