Pekanbaru (ANTARA News) - Seekor anak gajah Sumatra mati di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, karena tidak mendapat perawatan yang layak.

Kepala PKG Minas, Muslino, kepada ANTARA di Pekanbaru Selasa mengakui bahwa pihaknya lamban menangani bayi hewan langka yang terluka cukup parah itu.

"Seharusnya gajah itu tidak perlu dibawa ke pusat konservasi gajah karena jaraknya cukup jauh dari lokasi gajah ditemukan. Sedangkan, gajahnya sudah lemas dan terluka parah," kata Muslino.

Anak gajah berkelamin betina itu ditemukan warga di tengah perkebunan kelapa sawit di Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, pada Selasa (30/3) dini hari.

Muslino mengatakan, pegawai Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) yang menangani gajah itu akhirnya memutuskan untuk membawa hewan yang masih mungil itu dengan mobil pickup dari Mandau ke Pusat Konservasi Gajah di Minas, yang memakan waktu perjalanan sekitar tiga jam.

"Alasannya, agar gajah itu mendapat perawatan dari dokter hewan di pusat konservasi. Seharusnya tim medis yang ke lokasi, tapi sudah terlanjur gajahnya dibawa. Ini salah taktik," katanya.

Menurut Dokter Hewan BBKSDA, drh. Rini, anak gajah yang diperkirakan berusia satu tahun itu menderita luka infeksi sangat parah di pangkal paha sebelah kiri.

Luka tersebut cukup besar dan sudah menyebar hingga sampai kemaluan gajah. Kondisi gajah ketika tiba sangat lemah karena menderita dehidrasi dan kekurangan asupan makanan.

"Infeksinya sudah menyebar, kemungkinan luka di gajah sudah terjadi lebih dari sebulan," katanya.

Menurut dia, tim medis BBKSDA sudah berupaya maksimal untuk menyelamatkan gajah itu.

Dalam perjalanan dari Mandau, gajah malang itu sudah menerima asupan empat botol susu. Sedangkan selama masa perawatan di pusat konservasi, tim medis sudah memberikan suntikan obat, susu dua botol, dan infus hingga tiga botol, sebelum gajah akhirnya mati.

Dari pantauan ANTARA, gajah malang itu ditempatkan di bawah tenda yang didirikan di lapangan. Luka di pangkal pahanya telihat menganga.

Kapala BBKSDA Riau, Trisnu Danisworo, mengatakan bahwa gajah tersebut berasal dari kawasan Suaka Marga Satwa Balai Raja, Bengkalis.

Penyebab luka di gajah belum bisa dipastikan. Luka itu bisa disebabkan tertusuk ranting atau terinjak kawanan gajah lainnya.

"Kondisi gajah ketika ditemukan sudah kritis dan tergeletak, sehingga tertinggal dari kawanannya," kata Trisnu.

Ia mengatakan penanganan gajah liar lebih sulit daripada menangani manusia.

"Kalau menangani gajah, kita tidak mengerti mereka ngomong apa," ujarnya sambil berkelakar.

Selama bulan Maret telah ada empat gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang mati di Riau. Sebelumnya, seekor gajah ditemukan mati tanpa gading di Desa Petani Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.

Dua gajah lainnya ditemukan mati akibat diracun perambah di Taman Nasional Tesso Nilo.

(T.F012/B/E010/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010