Perdana menteri Abhisit Vejjajiva memberlakukan n keadaan darurat pada hari Rabu, dan pihak berwenang setempat telah melarang laman-laman internet serta menghentikan siaran televisi yang berkiblat kepada oposisi. Hal itu memicu tawuran antara polisi anti huru hara dan pemrotes kaus merah.
Pada hari Jumat, Bangkok tampak tenang, kehidupan berjalan tenang, kecuali para pemrotes yang tetap bersikap keras.
"Kami akan terabas semua peraturan," Nattawut Saikua, pemimpin pemrotes kaus merah Thailand kepada sekitar 10 ribu pemrotes. Mereka menolak perintah untuk meninggalkan pusat perbelanjaan utama di kota Bangkok sejak Sabtu.
Ia menyebut ada sepuluh lokasi yang akan digunakan untuk pawai dan masih dirahasiakan dan mengimbau pendukung kaus merah yang memiliki kendaraan pribadi untuk membawanya ke aksi tersebut. Aksi ini akan menjadi unjuk rasa terbesar dalam empat pekan demonstrasi sporadis anti-pemerintah.
"kami akan bergerak pada 10 lokasi dalam waktu yang sama," katanya.
"kami tidak menyebutnya sebagai hari penentuan, tapi jika kami mampu menaklukannya, tentu ini jadi hari penghabisan," tuturnya lalu mengatakan "ini semua agar Abhisit membubarkan parlemen."
Risiko terjadinya konfrontasi telah menimbulkan kekhawatiran akan jatuhnya ekonomi Thailand. Bank sentral setempat dan menteri keuangan memperingatkan bahwa hal itu bisa mempengaruhi kebijakan moneter dan menunda kenaikan suku bunga.
Pasar saham Tahiland, yang mengalami kenaikan sekitar 80 persen selama 12 bulan terakhir dan menjadi pemain Asia ketiga terbaik, jatuh sebesar 3.5 persen ke perolehan terendahnya sejak 15 Oktober pada Kamis.(YUD/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010