Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun delapan poin menjadi Rp9.018-Rp9.028 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.010-Rp9.020.
Analis PT Bank Danamon Tbk, Anton Gunawan, di Jakarta, Selasa mengatakan, rupiah masih berpeluang untuk naik lagi hingga di bawah angka Rp9.000 per dolar AS, namun di posisi itu kemungkinan tidak akan bertahan lama.
Karena itu rupiah idealnya berada di posisi Rp9.000 sampai Rp9.300 per dolar AS, ujarnya.
Menurut Anton Gunawan, kenaikan rupiah yang terlalu cepat juga kurang menguntungkan. Jadi kenaikan itu harus ada batasnya, agar daya saing komodditas ekspor tetap tinggi.
Hampir di semua negara apabila mata uangnya mengalami kenaikan cukup tinggi, bank sentralnya akan melakukan intervensi di pasar, begitu pula dengan Indonesia.
Bank Indoensia (BI), lanjut Anton kemungkinan akan menahan laju kenaikan rupiah agar para eksportir tidak kesulitan menetapkan harga jual produknya di pasar ekspor.
"Kami optimis BI akan menjaga rupiah agar tidak menguat terlalu jauh, karena rupiah ketika posisinya di bawah Rp9.000 per dolar tidak lama kemudian kembali di atas Rp9.000 per dolar AS," ucapnya.
Ketika ditanya apakah rupiah bisa mencapai Rp8.300 per dolar AS, menurut dia kemungkinan sulit untuk bisa mencapai ke arah sana, karena hal ini harus dilihat dari masuknya dana asing ke pasar domestik apakah dalam sebulan mencapai angka yang tinggi.
"Kalau nilai investasi asing ke pasar domestik hanya mengalami kenaikan beberapa persen saja, kemungkinan rupiah tidak akan mencapai ke sana," ucapnya menambahkan.
(T.H-CS/S004/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010