Jakarta (ANTARA News) - Banyak pelatih top markotop, termasuk Carlo Ancelotti dan Arsene Wenger, menyebut Barcelona sekarang lebih hebat daripada saat memenangkan Liga Champions tahun lalu, namun Jose Mourinho tidak mempedulikannya.

Komandan skuad Inter Milan ini membuktikan pandangan mereka itu salah, setelah mengotaki kemenangan penting Inter di leg pertama semifinal Liga Champions Rabu dini hari tadi (21/4) di San Siro, Milano, dengan 3-1.

Untuk pertamakalinya dalam 19 bulan Barcelona tumbang lebih dari satu gol dan untuk pertamakalinya pula di sepanjang musim ini Victor Valdez tiga kali memungut bola dari jaring.

Kemenangan ini, sebut The Times London (21/4), membuka peluang fantastik untuk memperkukuh kelegendaan Jose Maurinho.

Berkatnya, Inter kini tinggal separuh jalan menggapai final Liga Champions yang pertamakalinya sejak 1972, kendati leg kedua akan amat berat karena menghadapi sebuah Barcelona yang mungkin lebih sempurna.

Namun Maurinho menandaskan akan tetap puas sekalipun timnya gagal mencapai final di Madrid 22 Mei nanti. "Jika berhasil ke Madrid, kami akan bahagia, jika tidak, kami akan sedih, tapi kami tahu bahwa kami telah bekerja sebaik-baiknya."

Jose harus meniti perjuangan kerasnya meloloskan Inter dari babak kualifikasi Liga Champions yang tidak mulus itu dan diselimuti kekhawatiran bahwa mereka tak akan mampu berbuat banyak di teater Eropa.

"Tapi kami berhasil menaklukan tim terbaik di dunia dan kini Inter adalah tim besar Liga Champions. Jika tidak tahun ini, kami akan menang tahun depan atau dua tahun kemudian," kata sang arsitek sepakbola jempolan itu.

Tiga gol dari Wesley Sneijder, Maicon dan Diego Milito membuat gol pembuka Barca yang dicetak Pedro tak berarti apa-apa, sebaliknya menumbuhkan keyakinan bahwa bukan hal mustahil jika Nerazzuri melenggang ke final untuk menghadapi Bayern Munchen atau Olympique Lyon.

Kemenangan berarti Inter, sebut AFP (21/4), adalah buah dari taktik brilian Jose Mourinho yang berhasil menghapus kenangan buruk Inter saat mereka diajari bermain bola yang benar oleh Barca di penyisihan grup September dan November silam.

"Kami akan berada di semifinal dan final, kami telah berubah," tegas Maurinho.

Leg kedua pekan depan menjanjikan satu pertandingan spesial, sespesial Jose yang berjuluk "The Special One".

Mantan pelatih Chelsea ini membidik target yang tak bisa dicapai pendahulunya Roberto Mancini, yang meski sukses membuat Inter juara Serie A, namun tak sekalipun menyentuh trofi Liga Champions, padahal saat itu berjejer talenta-talenta hebat seperti Dennis Bergkamp, Youri Djorkaeff, Roberto Carlos, dan Jürgen Klinsmann.

Kini, di bawah "Special One", Inter tiba-tiba tumbuh hasratnya mengulang prestasi tiga dekade silam saat Inter dipimpin arsitek "catenaccio" Helenio Herrera yang membuat Nerazzuri dua kali mengangkat trofi juara Liga Champions pertengahan 1960an.

Kini Maurinho, yang juga mementingkan hasil ketimbang estetika, mengemban tugas mengulang prestasi pelatih asal Argentina itu.

Dan malam tadi Jose telah memulai langkah besar itu, setelah Inter mengandalkan cengkok laga defensif untuk menyesuaikan dengan era sepakbola modern.

Pragmatis

Dengan kostum oranye menyala, Barcelona tampil bagai sepasukan pragawan yang mempesona penonton, namun yang bermain dengan tujuan, jelaslah "si belang hitam biru" Inter.

Seperti sukses diterapkannya di Stamford Bridge, Jose memasang Samuel Eto'o dan Goran Pandev di depan, agak melebar, menghimpit dua bek murni Barcelona.

Sementara Esteban Cambiasso dan Thiago Motta menjadi jangkar di tengah, membentengi empat bek Inter yang semuanya berpengalaman, kecuali si darah muda Maicon yang masih 26 tahun.

Seperti saat melawan Arsenal di pertandingan lalu, Barcelona mendominasi laga bak tampil di kandangnya sendiri di mana segala sisi teater dianeksasi, namun mereka hanya menciptakan sedikit peluang.

Jose tampaknya mengintruksikan Inter untuk membiarkan Barca menguasai bola, menjelajah segala sudut ruang dan teritori, sebaliknya gerbong kekuatan Inter ditarik ke belakang, kemudian berbalik menyengat lewat serangan balik mematikan.

Sekalipun Maurinho mungkin diuntungkan wasit yang sama-sama berkebangsaan Portugal hingga gol Milito yang berbau offside pun disahkan, tak ada keraguan bahwa Jose telah mengubah peta kandidat juara Liga Champions sekaligus membuat orang yakin Inter berpeluang menapaki level baru yang lebih menawan.

Kejeniusannya menyulap pasukan dan mengorkestrai lapangan, membuat Jose menjadi orang yang paling diinginkan siapa pun untuk memimpin tim sepakbola manapun.

Yang istimewa dari Sang "Special One" adalah selalu menampik fantasi atau skenario orang lain. Dia memang piawai mematahkan teori bahwa Barca relatif tak bisa dikalahkan.

Jose juga menepis teori bahwa sulit mengalahkan Chelsea di Stamford Bridge, tetapi buktinya dia mampu membawa Inter menaklukkan penguasa Inggris itu beberapa pekan lalu.

Dia pernah bilang tak menyukai sepakbola Italia, tetapi kini dia menyebut tampil cantik tidaklah cukup. Dan malam tadi, pragmatismenya itu membuat Inter tetap berada di siklus peluang juara Eropa.

Jose telah menegaskan adagium sepakbola Italia bahwa hasil itu paling penting dibanding apapun, termasuk permainan ciamik.

Penciuman tajamnya, seperti yang ditunjukkannya saat membekap Chelsea beberapa pekan lalu, telah merusak irama permainan Barca.

"Tak perlu menciptakan karya agung permainan cantik. Tak perlu berharap pujian luas dari segala kalangan. Yang harus dilakukan adalah tunaikan tugas, meraih pencapaian tertinggi berupa kemenangan," kata James Lawton, kepala redaksi olah raga The Independent (21/4).

Barca pasti menuntut balas, apalagi kekalahan menyakitkan itu diderita setelah mereka kelelahan karena harus mendatangi Milano lewat darat selama 14 jam dan beberapa keputusan wasit Benquerenca yang merugikan mereka.

Pep Guardiola bahkan mengingatkan bahwa laga pekan nanti di Nou Camp akan berlangsung sengit dan bahwa 90 menit di Barcelona itu waktu teramat lama. Artinya, Barca akan tidak henti membombardir pasukan Maurinho.

"Tak ada yang meragukan kemampuan Barcelona untuk membalas kekalahan itu di tanahnya sendiri karena mereka bukan tim biasa-biasa, tapi tak ada juga yang meragukan pencapaian Jose Mourinho," kata Lawton. (*)

Oleh Jafar Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010