"Dunia menjadi terlihat mementingkan diri sendiri dan ego sentris"
Soal ketersediaan

Untuk itulah kebanyakan negara memesan vaksin tidak cuma kepada satu penyedia. Indonesia yang sudah memiliki 3 juta dosis vaksin buatan Sinovac misalnya, tidak hanya mencari vaksin ke China, tetapi juga ke Amerika Serikat, Belgia dan Prancis, termasuk membeli vaksin AstraZeneca.

Ini karena rata-rata vaksin itu tidak akan tersedia sesuai waktu yang diharapkan si pembeli, padahal pandemi terus mengacaukan negeri.

Boleh dibilang negara-negara, termasuk Indonesia, memesan vaksin produksi China salah satunya karena faktor ketersediaan, tetapi tentu saja mereka mempertimbangkan juga tahap-tahap uji klinis yang dilewati vaksin-vaksin buatan China yang memang disebut luas sudah teruji, minimal di negaranya dan di banyak negara yang mengadakan uji efikasi vaksin buatan China.

Baca juga: Peretas manipulasi data vaksin COVID-19 curian sebelum dibocorkan

Pandemi yang kian merajalela dan dampaknya yang multidimensional terhadap ekonomi sampai sosial-politik, memaksa pemerintah-pemerintah seluruh dunia menghadirkan vaksin secepat mungkin. Salah satunya guna meredakan tekanan politik akibat penanganan pandemi dan dampak pandemi terhadap perekonomian.

"Alasan kami mencari Sinovac adalah karena merekalah satu-satunya yang bisa memasok kita dalam waktu secepat mungkin. Tentu saja kami tak membeli vaksin itu tanpa serfifikasi FDA (badan pengawasan obat-obatan dan makanan) bahwa vaksin mereka aman dan efektif," kata Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Harry Roque, menjelaskan alasan pemerintahnya membeli 25 juta dosis vaksin Sinovac sekalipun waktu itu belum terlihat tingkat efikasinya.

Sementara di Indonesia, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengungkapkan alasan Indonesia memilih vaksin Sinovac adalah karena faktor kecepatan dalam proses uji klinis ketiganya.

“Sinovac termasuk 1 dari 10 kandidat paling cepat yang sudah masuk ke uji klinis tahap ketiga," kata Honesti dalam konferensi pers via kanal YouTube Kemkominfo TV awal Desember lalu.

Walau melihat dari perspektif medis keilmuan, pandangan Bio Farma itu secara implisit menegaskan pernyataan pemerintah Filipina soal ketersediaan vaksin untuk saat ini yang memang menjadi persoalan banyak negara.

Di Filipina, seperti di Brasil dan banyak negara yang menjadi mitra produsen-produsen vaksin buatan China, pengadaan dan pemilihan vaksin menjadi komoditas politik sehingga setiap waktu terjadi perdebatan, kontroversi dan perang opini.

Baca juga: Bio Farma: Vaksin COVID-19 Sinovac paling cepat masuk uji klinis III
Baca juga: Filipina izinkan penggunaan darurat vaksin COVID Pfizer-BioNTech

Selanjutnya: Kritik WHO

Copyright © ANTARA 2021