Istanbul (ANTARA News) - Ribuan orang meneriakkan slogan anti-Israel dan melambai-lambaikan bendera Palestina dalam demonstrasi di seluruh Turki, Jumat, pada saat para korban serangan berdarah Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza dimakamkan.

Sekitar 10.000 orang membawa bendera Turki dan Palestina berkumpul di Mesjid Beyazit yang bersejarah di Istanbul, di mana doa dipanjatkan untuk seorang wartawan yang tewas dalam serangan Senin itu, bersama dengan delapan warga Turki lainnya.

"Israel pembunuh, minggat dari Palestina!", "Panjang Umur intifada global," teriak para pekabung, yang juga meneriakkan "Long Live Hamas" dalam merujuk gerakan Palestina yang menguasai Gaza.

"Tutup kedutaan Zionis," tulis sebuah poster raksasa yang dipasang di halangan mesjid.

Massa melaksanakan sholat Jumat dan pemanjatan doa pemakaman untuk Cevdet Kiliclar, 38 tahun, redaktur laman jejaring dari satu badan amal Islam yang berjuang untuk memecahkan blokade Israel di Gaza, dan mengirimkan sekitar 10.000 ton barang bantuan kepada rakyat miskin di Gaza.

"Dia baru saja sedang mengambil gambar. Dia ditembak dari sekitar satu meter dan meledakkan otaknya," kata Bulent Yildirim, ketua Lembaga Bantuan Kemanusiaan (IHH), Kamis, setelah jenazah para korban diterbangkan ke tanah air.

Korban-korban lain juga dimakamkan di kota masing-masing, dan massa pada setiap pemakaman diserahi dengan amarah, protes, terhadap Israel.

Sholat Jumat di seluruh negara itu juga menjadi ajang kemarahan terhadap negara Yahudi itu, yang melakukan operasi militer berdarah terhadap kapal ferri Turki, Mavi Marmara, yang menyebabkan hubungan kedua negara yang tegang terperosok dalam krisis dan memicu kemarahan global.

Di pusat kita Talas, imam menyambut pemuda 19 tahun Furkan Dogan sebagai seorang "syuhada" pada saat dia memimpin sholat jenazah di depan peti mati pelajar SMA, yang diselimuti dengan bendera Turki dan Palestina, kata kantor berita Anatolia.

"Israel akan bersimbah darah," teriak ratusan pekabung pemuda korban serangan itu, yang juga berkewarganegaraan Amerika Serikat.

Di kota tenggara Adiyaman, satu konvoi ratusan kendaraan pergi ke bandara untuk menjemput kedatangan jenazah Fahri Yildiz, 43 tahun, seorang petugas pemadam kebakaran setempat, kata Anatolia.

Di Adana, istri Cetin Topcuoglu, 54 tahun masih bersikap tegar saat suaminya dikuburkan.

"Tuhan menghendaki, saya dan anak saya akan ikut ambil bagian dalam armada mendatang ke Gaza," kata Cigdem Topcuoglu menegaskan.
(Uu.H-AK/B002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010