Pekanbaru (ANTARA News) - Kondisi di Desa Cengar Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, pascabentrokan mulai kondusif, meski polisi mengatakan masih rawan terjadi bentrok susulan.

"Kondisi mulai kondusif, tapi peluang konflik masih mungkin terjadi," kata Kepala Kepolisian Resor Kuansing AKBP RA Kasenda, Jumat.

Menurut dia, terdapat dua kubu di tengah warga yang saling ancam. Hal itu menyusul aksi massya yang membakar rumah anggota DPRD Kuansing, Jufrizal, pada Rabu (9/6) lalu.

Massa tersulut emosi akibat Jufrizal selaku anggota dewan dinilai tak memihak pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah bagi hasil kebun plasma kelapa sawit warga dan KUD Prima Sehati.

"Ada informasi bahwa sekelompok warga ingin menuntut balas terkait aksi pembakaran rumah anggota DPRD. Hal ini menjadi perhatian polisi," ujarnya.

Ia berharap warga untuk bisa menahan diri agar bentrokan tidak terulang kembali karena hal itu akan merugikan semua pihak. Menurut dia, polisi sudah mengusut aksi pembakaran rumah dan telah menetapkan enam orang tersangka.

Kasenda mengatakan sebelumnya polisi melakukan penyelidikan berdasarkan laporan dari korban. Para tersangka berinisial Li, Ts, Ms, Ko, MS, dan Kr. Ia mengatakan para tersangka dijerat dengan pasal 170 jo. 187 KUHP karena melakukan pengerahan massa dan pembakaran rumah.

Untuk menjamin keamanan di daerah itu, pihak kepolisian juga masih menyiagakan personel Brimob Polda Riau di Polsek setempat.

Bentrokan di Kuansing berawal dari ketidakpuasan warga terhadap oknum KUD Prima Sehati yang dinilai tidak transparan dalam bagi hasil perkebunan plasma kelapa sawit.

Konflik ini berujung pada bentrok antara warga dan polisi yang berusaha menghentikan aksi pemanenan paksa di kebun plasma pada Selasa (8/6) lalu. Dua warga tertembak, seorang diantaranya meninggal dunia, dalam insiden itu.

Bentrokan meluas hingga terjadi aksi massa yang membakar rumah anggota DPRD Kuansing.

"Polisi bersikap ekstra hati-hati dalam menangani konflik ini, agar tidak menyulut kemarahan warga," ujarnya.

(T.F012/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010