Yerusalem (ANTARA News/AFP) - Kabinet Israel hari Minggu menyetujui rencana untuk memperluas wewenang sebuah komite yang menyelidiki penyerbuan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Jalur Gaza, demikian diumumkan pemerintah.

"Pemerintah dengan suara bulat memutuskan memperluas wewenang Komisi Tirkel," katanya. "Komisi penyelidik itu akan dibantu oleh dua ahli dan mendengarkan pernyataan saksi-saksi yang disumpah."

Israel membentuk Komisi Tirkel setelah tekanan internasional yang meningkat agar mereka menyelidiki operasi pasukan komandonya pada 31 Mei yang menewaskan sembilan aktivis Turki terhadap armada kapal bantuan yang menuju Jalur Gaza.

Pekan lalu ketua komite itu Yaakov Tirkel mengancam akan mengundurkan diri kecuali jika panelnya diberi wewenang yang lebih luas.

Pensiunan hakim itu meminta dua asisten untuk bekerja bersama panel tiga orang itu, yang pekerjaannya dipantau oleh dua pengamat asing.

Menurut pernyataan pemerintah, Minggu, dua pengamat akan ditambahkan pada panel itu, dan mereka juga akan bisa mendengarkan keterangan saksi-saksi yang disumpah.

Namun, permohonan lain Tirkel, yag dikabarkan mencakup permintaan agar panel itu ditingkatkan dan diubah menjadi sebuah komisi penyelidik pemerintah dengan wewenang memberikan rekomendasi sanksi terhadap para pemimpin politik dan militer -- tidak disinggung-singgung.

Pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, ia tidak melihat ada alasan untuk menyetujui tuntutan Tirkel, namun ia menegaskan bahwa mandat yang diperluas tidak akan mengizinkan komisi itu mendengarkan kesaksian langsung dari prajurit yang terlibat dalam penyerbuan itu.

Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di salah satu kapal itu.

Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut.

Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.

Kekerasan parah dalam penyerbuan menjelang fajar Senin (31/5) oleh pasukan Israel terjadi di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan menuju Gaza.

Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.

Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.

Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.

Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki.

Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.
(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010