Tarakan (ANTARA News) - Kantornya tidak terlalu besar, sekira ukuran tiga kali delapan meter berlantai dua di lingkungan pertokoan, namun perannya di tengah masyarakat demikian besar.

Tanpa rekomendasi dari pengurus yang memiliki aktivitas di kantor tersebut, tidak bakal rumah ibadah bakal berdiri. Bahkan, besar kemungkinan konflik horizontal antaretnis bakal terjadi.

Itulah peran dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Tarakan, Kalimantan Timur di bawah kepemimpinan KH Zainudin Dalila yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota setempat.

Setiap permasalahan umat, bahkan antaretnis, dibahas di FKUB. Laporan masuk ditindaklanjuti. Sehingga, ibarat api, tak sempat membesar karena para pengurusnya dari perwakilan umat Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu dan Islam cepat tanggap.

Cepat ditanggapi lantaran masalah di tengah masyarat demikian "sensitif", utamanya menyangkut SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan), yang jika tak cepat diselesaikan bisa merusak seluruh tatanan dan keharmonisan di tengah masyarakat.

"Jangan lihat kantornya," ungkap Zainudin, tokoh yang juga panutan masyarakat Muslim asal Gorontalo.

Kantor FKUB Tarakan terletak di jantung kota . Pemda kota setempat membiayai sewa kantor tersebut, termasuk mengucurkan dana operasionalnya. Meski tak memiliki kendaraan dinas seperti layaknya orang kantoran, pengurusnya bekerja gesit-gesit.

warga Tarakan terdiri atas berbagai etnis. Bugis, Jawa, Cina, Manado , Dayak, Toraja dan beberapa suku lainnya dari Sumatera.

Kemajemukan etnis ini jika tak dikelola dengan baik, diyakini bakal menjadi potensi mengganggu keharmonisan yang sudah terbentuk. Masyarakat Tarakan sangat menyadari bahayanya konflik, karena dapat mengganggu perekonomian dan laju pembangunan.

Para tokoh masyarakat pun menyadari hal ini. Belajar dari konflik di daerah lain, maka FKUB tak melulu mengurusi persoalan umat, agama dan rumah ibadah, tetapi juga menyangkut etnis.

Untuk itulah, personil yang duduk di FKUB selain mengenal dan dikenal umatnya, juga merupakan personifikasi wakil-wakil dari setiap etnis yang ada di Tarakan. Seperti Pendeta Kalep Ramat, selain mewakili umat Kristen, yang bersangkutan juga mewakiki etnis Dayak.

Pendeta Wellam Mamuaya juga mewakili etnis Manado. Demikian juga dari etnis lainnya.

"FKUB penuh warna, bagai mozaik indah yang dipandang mata," ungkap seorang tokoh yang tak mau disebut jatidirinya.

Kekuatan ekonomi

Tarakan merupakan salah satu Kota di Provinsi Kalimantan Timur, dengan luas wilayah 657,33 km2 dan terbagi menjadi empat kecamatan.

Secara geografis ,kota ini berbatasan dengan pesisir pantai Kecamatan Pulau Bunyu Kabupaten Bulungan di sebelah Utara, dengan Pesisir Pantai Tanjung Palas Kabupaten Bulungan di sebelah Selatan, dengan Kecamatan Pulau Bunyu Kabupaten Bulungan Laut Sulawesi di sebelah Timur, dan dengan Pesisir Pantai Sesayap Kabupaten Bulungan di sebelah Barat.

Kota Tarakan ini mempunyai potensi cukup besar sektor perkebunan dengan komoditi unggulan berupa kelapa dalam (380 ton), kopi robusta (2 ton), dan lada (1 ton) tiap tahunnya . Sebagai pulau kecil yang dikelilingi laut, Tarakan punya potensi kelautan yang cukup besar. Sumber daya ini telah dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat dalam mencari nafkah sebagai nelayan dan petambak udang.

Hasil laut yang melimpah ini selain dikonsumsi masyarakat setempat, sebagian besar (terutama udang) dijadikan komoditi ekspor. Daerah ini memiliki hasil tambang berupa minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan galian berupa pasir, kerikil, dan tanah urug.

Menurut cerita rakyat yang turun-temurun, daerah ini berasal dari Bahasa Tidung, yakni Tarak berarti "bertemu" dan Ngakan berarti "makan".

Dengan demikian, Tarakan berarti tempat nelayan untuk istirahat makan dan bertemu melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Daerah ini merupakan pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayap dan Malinau. Dulu pernah berdiri kerajaan Tarakan, pusat pemerintahan di Binalatung, kemudian pindah ke daerah Pamusian.

Lantas apa yang menarik dengan struktur ekonomi di Tarakan? Berdasarkan data PDRB Kota Tarakan tahun 2006 menurut harga konstan (2000) Rp 1.513 miliar. Berdasarkan PDRB tersebut, penyumbang terbesar dari sektor perdagangan 41,84 persen, industri pengolahan 11,63 persen, pertanian 10,88 persen, keuangan dan Jasa-jasa masing-masing 9,79 persen dan 9,81 persen.

Dengan demikian perekonomian daerah ini didominasi sektor tersier dengan kontribusi 68 persen, sektor primer 22 persen, dan sekunder 10 persen.

Keteladanan

Ibarat gula, semut dari mana pun asalnya, akan tertarik untuk datang. Demikian Tarakan dewasa ini. Kerap kedatangan pendatang dari berbagai penjuru tanah air untuk mengadu nasib di kawasan itu.

Karena itu, rasa aman dan kerukunan antarumat memegang peran penting. Karena itu, pemerintahan bernuansa agamamis sangat ditekankan.

"Itulah sebabnya, Walikota Tarakan, H. Udin Hanggio, sangat menekankan pentingnya agama bagi umat," Kata Kepala Kantor Kementerian Agama Tarakan, Abd. Hamid.

Untuk menunjang percepatan pemahaman akan pentingnya kerukunan beragama, walikota memfasilitasi sewa kantor Rp80 juta per tahun. Belum termasuk ketika berlangsung rapat-rapat dan studi banding ke daerah lain, kata Hamid.

Realitas kerukunan agama di kawasan ini, memang patut dijadikan contoh bagi daerah lain. Pasalnya, setiap usulan pembangunan rumah ibadah dari kementerian agama setempat harus mendapat persetujuan pengurus FKUB.

"Jadi, FKUB punya peran menentukan jadi tidaknya rumah ibadah itu dibangun. Kita punya gigi," kata Ketua MUI, Zainuddin.

Termasuk dalam menyelesaikan persoalan aliran sempalan. Meski pada awalnya diselesaikan secara internal oleh agama bersangkutan, pengurus FKUB lainnya juga ikut memberikan solusi.

Misal dijumpai pembangunan rumah ibadah mendapat penolakan dari masyarakat, pengurus FKUB berupaya mencarikan lahan yang sesuai peruntukan. Dengan demikian, FKUB tak sekedar mengatasi persoalan tapi juga memberi solusi.

Jika ada pertikaian antaretnis, pengurus FKUB membawa persoalannya ke dalam rapat. Para tokoh dikumpulkan. Yang bertikai didinginkan. Dicari akar persoalannya, kemudian diberikan alternatif sebagai solusi.

"Kawasan Tarakan memang panas. Tapi, jika ada ketegasan dan kesejukan bagi umat, para tokoh umat akan menjadi panutan," kata Arifin, tokoh masyarakat Bugis yang juga pengusaha di kota tersebut.
(T.E001/A011/P003)

Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010