London (ANTARA News) - Sebelum terlibat invasi tahun 2003, ancaman Irak kecil terhadap Inggris namun setelah invasi, bahaya serangan kelompok perlawanan negara itu meningkat.

Penilaian itu disampaikan Kepala Badan Intelijen Inggris M15 (2002-2007), Eliza Manningham-Buller, saat memberi keterangan di forum penyelidikan rakyat Inggris untuk Perang Irak di London, Selasa.

Dalam keterangannya, dia juga menepis hubungan Irak dengan serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS).

Manningham-Buller mengatakan pada 2002, M15 memberi masukan kepada pemerintahan mantan Perdana Menteri Tony Blair bahwa "ancaman langsung" Irak terhadap Inggris "rendah".

Tony Blair adalah pemimpin Inggris yang mendukung invasi pimpinan AS terhadap Irak tahun 2003.

"Kami rasa Saddam Hussein mungkin terkait terorisme sekiranya pemerintahannya ditumbangkan tapi kami tidak yakin dia mampu melakukan apapun di Inggris," katanya.

Hanya saja M15 tidak mengendus sejumlah warga Inggris yang terlibat dalam aksi terorisme di dalam negeri, termasuk kasus pengeboman di kota London pada 7 Juli 2005.

Insiden yang terjadi dua tahun setelah invasi tersebut menewaskan 52 orang, katanya.

"Keterlibatan kita di Irak menjadikan beberapa orang dari generasi Inggris radikal karena mereka melihat keterlibatan kita di Irak dan Afghanistan sebagai serangan terhadap Islam," katanya.(R013/M016)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010