Jakarta (ANTARA News) - Pementasan pertunjukan "Perempuan Gerabah" yang dimainkan seniman dari Teater Studio Indonesia (TSI) dari Serang, Banten berhasil memukau para penonton di Reduty Wilk, Gdansk, Warsawa, demikian keterangan KBRI di Warsawa,Kamis.

Direktur Artistik TSI, Nandang Aradea yang juga sutradara pementasan tersebut menyebutkan pertunjukan itu mengusung 10 orang awak TSI yakni aktor, penata panggung, termasuk pembuat gerabah untuk berakting di Reduty Wilk, Gdansk, pada Sabtu (17/7) dan Minggu (18/7).

Pertunjukan tersebut berlangsung sekitar 75 menit, dan didukung oleh aktor Desi Indriyani, Dindin Sapruddin, Suryadi Sally Al Faqir, Farid Ibnu Wahid, Taufik Pria Pamungkas serta Rasmi Bt. Maskad.

Pementasan "Perempuan Gerabah" ditata dengan menggunakan jerami dan bambu-bambu kecil di atas panggung yang disusun dengan jerami dan dapat diputar ketika para aktor tampil.

Rasmi Bt. Maskad yang akrab dipanggil "Emak" adalah pembuat gerabah-gerabah yang digunakan dalam pementasan teater ini. Rasmi memperlihatkan cara membuat gerabah kecil secara sederhana dengan alat yang dibawanya.

"Perempuan Gerabah menceritakan hidup di dunia saat ini yang berantakan, berkeping-keping, yang bergulat entah untuk apa, yang memberhalakan pangkat dan jabatan namun memuja intelektual, yang seirama dalam ketidakberiramaan, yang paradok, yang dilematis, yang bahagia sekaligus sakit, yang pintar tetapi rakus, yang menyeru hemat energi sambil mengendarai mobil yang boros bahan bakar yang toleran namun sinis, yang merdeka namun terikat," kata Nandang.

"Hidup menjadi binatang dalam hutan atau orang gila dalam perkotaan," katanya, seraya menambahkan dunia inilah yang melatarbelakangi lahirnya ide pentas teater "Perempuan Gerabah".

"Tanah telah membuat kita masuk dalam sumber konflik dan bencana. Manusia dengan susah payah membangun dunia (gerabah, sebagai analogi), dan setelah menjadi sebuah bentuk, manusia merayakannya, membanggakannya, tapi di kemudian hari dunia itu jadi tidak berharga, retak, pecah, diinjak kaki kita sendiri dengan entah harus sakit atau bahagia, tambahnya.

Menurut sutradara tersebut, inti dari pentas teater "Perempuan Gerabah" menunjukkan dua kata kunci yakni membangun dan menghancurkan. Pada akhir pertunjukan para penonton sendirilah yang menyimpulkan makna isi pentas itu, ujar Nandang.

Nandang mengatakan "Perempuan Gerabah" pernah dipentaskan secara keliling di berbagai kota di Indonesia, seperti di Serang, Surabaya, Jakarta, Palembang dan Lampung.

Untuk pertama kalinya kelompok TSI menampilkan "Perempuan Gerabah" pada Festival Teater Internasional di Polandia.

Penyelenggaraan"14th International Street & Open Air Theaters Festival FETA", yang berlangsung di Utara Polandia, 15 s/d 18 Juli 2010 diikuti oleh peserta dari beberapa negara, seperti Indonesia, Jerman, Belgia, Spanyol, Swedia, Norwegia, Rusia, Polandia, Belanda dan Denmark.
(B005/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010