Padang (ANTARA News) - Lembaga Earthquake Research Institute, University Of Tokyo, Jepang, bersama pihak terkait di Indonesia akan menggelar rangkaian peringatan tiga bencana gempa dan tsunami yang pernah melanda wilayah di dua negara ini.

Peringatan itu untuk mengenang tiga bencana besar yang terjadi di Jepang dan Indonesia, yakni gempa Kobe, 17 Januari 1995, gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2004, dan gempa Sumbar 30 September 2009, kata Ketua Tim Earthquate Research Institute University Of Tokyo, Dr Sugimoto Megumi di Padang, Jumat.

Hal itu disampaikannya dalam kunjungan tim leader Earthquate Research Institute University Of Tokyo ke Sekretariat Jaringan Jurnalis Siaga Bencana (JJSB) Indonesia bertempat di studio Siaga FM dan diterima koordinator JJSB, John Nedy Kambang dan Sekretaris, Robi Cahyadi.

Rangkaian peringatan gempa-tsunami ini akan dimulai di Padang dan Padang Pariaman (Sumbar), 30 September 2010, lalu di Banda Aceh pada 26 Desember 2010 dan terakhir di Kobe, Jepang pada 17 Januari 2011.

Kota Kobe, Jepang diguncang 7,2 SR pada 17 Januari menyebabkan 4.571 orang, 14.678 orang luka, 222.127 orang pengungsi dan merusak serta merobohkan lebih dari 120.000 unit bangunan.

Gempa Sumbar terjadi 30 September 2009 berkekuatan 7,9 SR menyebabkan 1.195 orang tewas, ribuan orang luka-luka, ribuan orang mengungsi, 249.833 unit rumah rusak atau roboh dengan kerugian material mencapai Rp21,58 triliun.

Gempa 9,2 SR diikuti tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menyebabkan lebih dari 200 ribu orang meninggal tewas.

Menurut Sugimoto, tiga rangkaian bencana besar dunia itu yang akan diperingati pihak terkait di Jepang dan Indonesia melalui satu kegiatan aksi 1.000 "bunga sakura" oleh ribuan pelajar dari kedua negara.

Dalam peringatan pertama di Padang, akan dibagikan 1.000 lembar kertas kuning antiair kepada 5.000 pelajar SMP dan SMA di Sumbar dan dari Kobe Jepang. Di atas kertas tersebut para pelajar menulis kisah dialaminya saat gempa 30 September 2009 terjadi serta harapan mereka terhadap penanggulangan bencana ini dikemudian hari.

Kertas-kertas yang telah ditulis kisah 5.000 pelajar itu, kemudian dirangkai menjadi "bunga sakura". Setiap "bunga sakura" dibentuk dari lima kertas kuning berisi pesan para pelajar sehingga berbentuk bunga dengan lima kelopak.

Dengan demikian dari 5.000 kertas pesan itu akan dirangkai menjadi 1.000 bunga "sakura" yang pada peringatan satu tahun gempa Sumbar pada 30 September 2010 akan ditanam di ruang terbuka hijau, Imam Bonjol Padang.

Setelah peringatan, para pelajar mencabut kembali "bunga sakura" itu dan menanamnya kembali disekolah masing-masing, tambah Sugimoto.

Sementara itu, Koordinator JJSB Indonesia, John Nedy Setiawan menyebutkan, dalam kegiatan ini Earthquate Research Institute University Of Tokyo, mengajak JJSB untuk ikut bekerjasama dan terlibat dalam peringatan ini di Padang.

Menurut dia, mungkin sebagian orang tak ingin mengingat kembali peristiwa 30 September 2009 itu, tapi banyak pula menganggap peringatan ini sebagai sesuatu yang penting untuk diberitahu dan diingatkan bahwa gempa besar pernah terjadi di Sumbar.

"Tujuan peringatan ini agar masyarakat bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk dari sebuah bencana dan menjadi pelajaran untuk lebih waspada terhadap bencana," katanya.
(T.H014/S005/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010