Brasilia (ANTARA News) - Suku asli India Brazil, Minggu, menyandera 100 pekerja di tempat pembangunan pembangkit listrik tenaga air di wilayah Amazon selatan, demikian laporan media setempat.

Sebanyak 400 orang India dari beberapa suku yang berbeda menduduki pembangkit listrik yang mereka katakan dibangun di lokasi pemakaman kuno, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Mereka tak memperhitungkan kondisi orang Indian. Perusahaan itu menggunakan dinamit untuk meledakkan satu bagian lokasi arkeologi," kata Antonio Carlos Ferreira de Aquino, administrator lokal urusan suku asli, Funai, kepada Folha.com.

Dengan bersenjatakan busur dan panah, orang Indian menduduki lokasi itu saat fajar, Ahad, dan menyekap pekerja perusahaan pembangunan di barak mereka.

Belum ada laporan mengenai orang yang cedera. Orang Indian tersebut menuntut pejabat pemerintah membantu merundingkan penyelesaian dengan perusahaan pembangunan.

"Kami ingin menuntut ganti rugi bagi pembangunan pembangkit listrik itu. Lokasi tersebut berada 30 kilometer dari suaka kami dan telah mengakibatkan dampak besar budaya serta sosial pada masyarakat kami. Belum lagi kerusakan lingkungan hidup," kata seorang pemimpin suku, Aldeci Arara kepada portal berita G1.

Bendungan Dardanelos di Sungai Aripuana, sekitar 400 kilometer di sebelah utara ibu kota negara bagian Mato Grosso, Cuiba, mulanya dijadwalkan dimulai pada Januari 2011, demikian laporan media itu.

Perusahaan pembangunan tersebut mengatakan kepada G1.com bahwa perusahaan itu sudah berhubungan dengan Funai untuk menetapkan program pembangunan masyarakat bagi suku asli Indian setempat.

Namun perusahaan tersebut belum memberi komentar mengenai peristiwa itu.

Proyek tersebut adalah satu dari hampir selusin pembangkit listrik tenaga air yang telah dilancarkan oleh pemerintah Presiden Luiz Inacio Lula da Silva di wilayah Amazon.

Awal tahun ini, pemerintah melancarkan upaya untuk membangun bendungan Belo Monte, dengan biaya 17 miliar dolar AS, di sungai Xingu.

Proyek itu memicu kecaman internasional sehubungan dengan kemungkinan kerusakan lingkungan hidup dan dampaknya terhadap suku asli Indian.
(C003/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010