Semarang (ANTARA News) - Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Tengah, Tafsir, mengatakan bahwa program tayangan di televisi selama Ramadhan sebaiknya tidak hanya mengangkat ajaran Islam melalui teori-teori.

"Program tayangan di televisi sebaiknya lebih menampilkan ajaran Islam secara action dan praktiknya, jangan hanya sekadar teori, seperti ajaran zakat, ekonomi Islam, dan sebagainya" katanya di Semarang, Senin.

Hal tersebut diungkapkannya usai dialog sejumlah organisasi massa Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jateng, dan lembaga penyiaran terkait format tayangan selama Ramadhan.

Ia mencontohkan, ajaran Islam tentang zakat, selama ini masyarakat sudah sering mendengar imbauan atau ajakan untuk berzakat, namun perlu dicontohkan dengan mengangkat praktik zakat melalui program tayangan.

Program tayangan, kata dia, bisa menunjukkan bagaimana orang yang berzakaat, baik secara perorangan maupun kelembagaan sehingga masyarakat langsung mengetahui bagaimana praktik atau cara berzakat.

"Demikian pula dengan teori tentang ekonomi Islam, masyarakat tentunya sudah jenuh mendengar teori-teori tentang itu sehingga sebaiknya program tayangan menampilkan bagaimana wujud kegiatan ekonomi Islam," katanya.

Menurut dia, program tayangan bisa menjadi media dakwah yang efektif dan sudah saatnya dilakukan melalui hal-hal yang bersifat action, bukan lagi sekadar mengajarkan teori tentang ajaran-ajaran Islam.

Tafsir menjelaska,n pihaknya mengimbau kepada seluruh lembaga penyiaran, baik televisi maupun radio untuk menyajikan program siaran yang menonjolkan nilai-nilai agama yang ditampilkan secara kultural.

"Kami memiliki tiga kriteria tayangan selama Ramadhan, yakni bersifat mendidik, ditampilkan secara sederhana, dan komunikatif sehingga mampu mengajak masyarakat untuk berbuat kebajikan," katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi Peniaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah (Jateng), Budi Sudaryanto, mengatakan bahwa pihaknya mengimbau lembaga penyiaran harus menampilkan tayangan yang positif dan bisa menambah nilai keimanan, terutama selama Ramadhan.

"Karena itu, kami mengajak dialog sejumlah kalangan agama, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan MUI untuk membahas bagaimana format tayangan selama Ramadhan agar tidak menyimpang," katanya.

Ditanya hasil evaluasi KPID Jateng tentang tayangan Ramadhan tahun lalu, ia mengaku beberapa program memang telah ditegur karena tidak sesuai dan mengimbau tahun ini tidak terulang lagi.

"Namun, kami berharap lembaga penyiaran dalam menayangkan program siarannya bukan hanya mematuhi saat bulan Ramadhan, melainkan tetap menayangkan program siaran positif di bulan-bulan selanjutnya," kata Budi.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010