Sydney (ANTARA News) - Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada Minggu waktu setempat menunjukkan bahwa Pemilu di Australia yang akan digelar Sabtu pekan depan (21/8) akan menjadi ajang persaingan nan ketat antara kandidat dari Partai Oposisi dan Partai Buruh yang kini menjadi partai pemerintah.

Persaingan ketat jelang pemilu ini bahkan disebut-sebut menjadi yang paling ketat di Australia, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pada tanggal 21 Agustus mendatang, pada pemilih di Australia akan memutuskan nasib kebijakan pajak 30 persen industri pertambangan bijih besi dan batubara, sekaligus masa depan rencana pemerintah yang akan mengembangkan jaringan internet nasional senilai 33 miliar dolar Australia (1 dolar Australia = Rp8.047).

Partai Oposisi berencana membatalkan dua program pemerintah itu.

Berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa kedua partai sangat berpeluang untuk memenangkan pemilu tahun ini. Jajak pendapat oleh A Nielsen yang dipublikasikan Sabtu (14/8) menyatakan bahwa Perdana Menteri Julia Gillard dari Partai Buruh akan memenangkan pemilu.

Namun jajak pendapat Galaxy yang dilakukan untuk kursi parlemen dari daerah non-kota besar mengindikasikan hal yang sebaliknya.

Gillard pada hari Sabtu (14/8) mengatakan bahwa dirinya menunggu `foto akhir` dan dalam wawancara pada hari Minggu (15/8) dirinya tetap optimis sembari menuduh Partai Oposisi punya selisih 30 miliar dolar Australia dalam kebijakan belanja negara.

"Saya merasa baik. Saya merasa penuh semangat untuk pekan terakhir kampanye ini," kata Gillard dalam sesi wawancara di jaringan televisi Channel Nine.

Jajak pendapat yang diselenggarakan oleh Galaxy mencacah 4.000 pemilih dan hasilnya dipublikasikan di koran Sunday Telegraph.

Survei ini dilakukan di 20 distrik pemilihan kursi non-perkotaan.

Hasil dari jajak pendapat ini adalah Oposisi memimpin 51,4 persen dibandingkan Partai Buruh 48,6 persen dalam hal preferensi partai.

Survei juga mengindikasikan bahwa garis konservatif Partai Oposisi juga berpeluang memenangkan 17 kursi, jumlah yang dibutuhkan untuk mendominasi parlemen, atau sedikitnya 14 kursi yang akan memberikan mereka peluang menjadi pemerintahan minoritas.

Pada Rabu (11/8), jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa Partai Buruh memimpin 50,1 persen dan Oposisi 49,4 persen. Ini adalah persaingan terketat sejak tahun 1998. Bila ini menjadi kenyataan dalam pemilu hari Sabtu mendatang, maka hampir bisa dipastikan tidak ada partai yang dapat membentuk pemerintahan tunggal.

Pemimpin Oposisi Tony Abbott telah menyatakan dirinya sebagai `underdog` dalam kompetisi ini, namun dirinya menunjukkan disipling yang tinggi saat berkampanye.

Partai Buruh sedang kepayahan mempertahankan kursi-kursi dari beberapa kawasan non-perkotaan, terutama Queensland, di mana kebijakan pajak terhadap sektor tambang menjadi isu paling pelik.

Perihal lain yang membuat Partai Buruh sulit meraih suara mayoritas adalah penggantian Kevin Rudd sebagai perdana menteri sekaligus pemimpin partai, Rudd berasal dari Queensland dan memiliki basis massa yang sangat kuat di negeri bagian tersebut.

Gillard menyatakan penghargaannya kepada Rudd, pemimpin yang digantikan oleh Gillard dalam kudeta kepemimpinan partai pada Juni lalu.

Gillard juga menyebut Rudd sebagai orang yang "berani" karena telah kembali berkampanye mendukung Gillard, tak lama setelah Rudd menjalani operasi kandung kemih.

"Saya sangat berterima kasih untuk hal tersebut," kata dia.
(E012/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010