Kenaikan rupiah sebenarnya sudah diduga karena pasar akan meningkatkan pembelian terhadap mata uang itu setelah hampir tiga minggu mata uang Indonesia itu terkoreksi, kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Rabu.
Rully Nova mengatakan, kenaikan rupiah relatif tidak besar, karena hanya didukung oleh faktor beli dari lokal, sedangkan pelaku asing masih menahan diri.
Pelaku asing masih mencari celah yang dapat dimasukinya agar rupiah bisa bergerak naik lebih tajam, katanya.
Kenaikan rupiah itu, lanjut dia, karena pelaku asing merasa jenuh melepas rupiah terus dan saatnya untuk membeli meski kenaikannya belum tinggi.
Ia mengatakan, rupiah masih berpeluang untuk naik lagi, apabila kondisi pasar seperti itu, walaupun bursa Wall Street melemah, akibat penjualan sektor perumahan Amerika Serikat melemah.
Data ekonomi AS yang cenderung melemah, mengakibatkan pelaku asing lebih aktif berinvestasi di pasar Asia khususnya Indonesia karena pertumbuhan ekonominya yang cukup tinggi, katanya.
Melemahnya bursa Wall Street juga tidak berhasil menekan saham-saham di Bursa Efek Indonesia, karena pelaku asing kembali bermain di pasar, meski kegiatan membeli saham belum besar.
"Kami optimis pasar masih positif sehingga rupiah bisa naik lagi," ujarnya.
Pemerintah pada 2011, lanjut dia menargetkan rupiah pada kisaran Rp9.300 per dolar, apabila asumsi makro itu benar maka rupiah pada tahun depan kemungkinan akan terkoreksi.
Rupiah pada saat ini cukup kuat yang berada dibawah level Rp9.000 per dolar yang sudah bertahan dalam dua bulan berturut-turut yang menunjukkan fundamental ekonomi makro Indonesia cukup baik, katanya.
(T.H-CS/A011/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010