Saksi mata, Angga (35) menyebutkan, korban yang tewas di tempat kejadian itu mengendarai sepeda motor dan membonceng anak perempuan berumur 4 tahun.
Korban Rahmadani meninggal ditempat kejadian, karena mengalami pecah kepala dan otaknya terburai keluar, akibat dilindas bus yang melaju cukup kencang.
Sementara itu, anak korban yang masih balita selamat dan terpelanting tidak berapa jauh dari ibunya Rahmadani mengenakan jilbab warna hitam dan celana jeans biru.
Kemudian anak perempuan yang dalam keadaan menangis itu diselamatkan warga yang berada di tempat kejadian tersebut.
Anak perempuan itu hanya mengalami luka lecet dibagian pipi kanannya.
Angga menjelaskan, sopir yang menggilas korban itu, sempat berusaha kabur, namun dikejar oleh warga yang melihat peristiwa berdarah itu.
Kemudian sopir dan anak korban yang masih dibawah umur itu diboyong petugas kepolisian ke Polresta Medan.
"Korban yang tewas dan kepalanya mengalami pecah itu, sempat dibiarkan terlalu lama terkapar di jalan raya, sehingga jadi tontonan masyarakat yang melintas di lokasi tersebut," katanya.
Sopir Apok (60) mengatakan, korban yang meninggal itu bukan karena dilindas bus yang sedang dibawanya, tetapi Rahmadani terjatuh saat menggendarai kendaraan dan masuk kebawah roda belakang sebelah kiri.
"Saya tidak benar menggilas korban," kata Apok.
Petugas lambat
Pantauan ANTARA di lokasi kejadian, petugas lalu lintas terlambat mengevakuasi korban yang tewas di tempat kejadian.
Diperkirakan hampir satu jam lamanya jenazah Rahmadani yang hanya ditutup dengan kertas koran itu dibiarkan tergelatak di pinggiran Jalan Balai Kota Medan.
Kemudian barulah mobil ambulan milik PMI cabang Medan datang mengangkut jenazah korban yang dalam keadaan remuk itu.
Akibat kecelakaan lalu lintas itu sejumlah Jalan di Kota Medan menjadi macet, sehingga polisi lalu lintas turun tangan untuk mengamankan.Jalan yang macet itu, Jalan Balai Kota, Jalan Putri Hijau, Jalan Prof M Yamin, Jalan Raden Saleh, Jalan Imam Bonjol dan jalan lainnya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
